Usai melakukan pemeriksaan Pak Tejo di RSJ Sumber Porong, Lawang, Malang, itu Dokter Rudi segera bergerak cepat ke Kota Kediri. Di tengah perjalanan dari Malang ke Kota Kediri, dia terus berkomunikasi dengan kepala penyidik di Kota Gudang Garam tersebut.
Karena intensnya komunikasi mereka, keesokan harinya Kota Kediri geger oleh berita pengungkapan kasus caleg membunuh "dokter ahli jiwa". Dalam kesempatan konferensi pers itu, Polresta Kediri menjelaskan keberhasilannya mengungkap secara tuntas kasus itu. Bagaimana duduk perkaranya. Bagaimana Pak Tejo bisa memperoleh senjata gelap dari Sarjito. Serta seluk beluk lainnya.
Polres Kediri pun sibuk setelah konferensi pers itu. Mereka dengan sigap menangkap Sarjito yang hampir dilantik menjadi anggota DPRD Kabupaten Kediri. Sarjito terbukti merupakan otak konspirasi politik jahat yang amat berbahaya. Tidak hanya itu, Polres Kediri pun bisa memberikan informasi yang detil kepada koleganya di Polresta Kediri tentang bisnis judi togel yang diotaki Sarjito dan kaki tangannya di Kota Kediri.
Kedua lembaga kepolisian itu pun sibuk bukan kepalang menuntaskan pembunuhan Budi sang dokter spesialis kedokteran jiwa gadungan. Ternyata di balik itu, banyak kasus kejahatan lain yang telah dilakukan oleh Sarjito sebagai caleg jadi. Bisnis togel. Jaringan prostitusi. Penjualan minuman keras oplosan. Dan banyak tindak pidana lainnya yang otaknya adalah Sarjito seorang diri.
Selama ini, Sarjito selalu ber-hasil mengecoh aparat kepolisian bila akan menangkapnya. Paling-paling yang bisa dan berhasil dijebloskan ke penjara hanyalah kaki tangan Sarjito. Yang tertangkap pun tak berani bersuara jujur karena sudah disogok oleh Sarjito dengan memberikan jaminan hidup keluarganya selama anak buahnya itu ditahan dan menjalani hukuman.
Sementara itu, bagi orang kampung Pak Tejo, ini merupakan musibah terburuk yang menimpa tokoh idolanya. Tapi, dia tetap bangga kepada tokoh panutannya itu karena dia bersedia mengungkapkan secara jujur tentang kasus kriminal yang membelitnya. Berkat Pak Tejo yang mereka kagumi pula, kasus itu menjadi gamblang dan memudahkan kepolisian untuk melakukan tindakan hukum selanjutnya, khususnya terhadap otak dan dalang kasus yang membuat geger dunia demokrasi dan perpolitikan Indonesia tersebut.
Yang paling bahagia dari terungkapnya kasus ini adalah Rohimah dan Sukarwo. Anggota inti keluarga Pak Tejo ini akhirnya bisa bernapas lega karena kepala keluarga mereka bukan orang gila. Pak Tejo hanyalah korban konspirasi kandidat selama proses pencalegan yang dilatarbelakangi dendam pribadi. Persisnya, dendam kesumat karena mantan pacar Sarjito disunting oleh Pak Tejo.
Sebagai tanda syukur, di rumah keluarga Pak Tejo diadakan acara pengajian yang langsung dipimpin oleh Kiai Ridwan. Dalam acara itu, kiai panutan umat Islam se-Kecamatan Kandat itu memohon kepada Allah swt. Yang Mahaadil agar berkenan memberikan keadilan yang seadil-adilnya atas kasus yang menimpa salah satu santrinya, yaitu Pak Tejo.
Di penghujung acara, Kiai Ridwan memberikan wejangan kepada seluruh jamaah yang hadir agar selalu mendekatkan diri kepada Allah swt. Secara khusus, Kiai Ridwan yang menjadi pengasuh pondok pesantren tertua di Kecamatan Kandat itu bernasihat, "Salah satu wujud mendekatkan diri kepada Allah swt. adalah jangan pernah meremehkan usaha batin berupa salat istikharah. Dengan salat khusus itulah, kita semua kaum muslimin akan diberi petunjuk oleh Allah jalan yang terbaik bagi hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat. Sekali lagi, jangan lupakan istikharah dalam melangkahkan kaki kita di muka bumi ini. Jangan hanya mengandalkan kekuatan logika saja karena pikiran kita sebagai manusia itu serba terbatas."
Sambil membetulkan posisi duduknya, Kiai Ridwan melanjutkan, "Kita semua harus mengambil pelajaran dari pengalaman hidup yang amat pahit dari kasus yang menimpa Pak Tejo ini. Siapa yang menyangka Pak Tejo yang kita kenal begitu baik dan kharismatik bisa terjerumus ke dalam jurang politik seperti ini. Penuh konspirasi, intrik, culas, dan curangnya dunia politik di negara kita. Maka, kalau hanya mengandalkan akal saja dan meninggalkan keterlibatan Allah swt. melalui salat istikharah, ya beginilah jadinya. Pak Tejo, yang demikian baik menurut kita, masih bisa kok ditelan oleh kejahatan karena mengabaikan salat istikharah yang telah saya sampaikan secara khusus kepada beliau jauh-jauh hari sebelum maju dalam pencalegan."
Selama mendengar wejangan, Jeng Imah hanya bisa meneteskan air mata simbol penyesalan, kesedihan, dan kasihan atas nasib yang menimpa sang suami tercinta. Sementara itu, anak laki-laki semata wayangnya juga terpekur sedih mengingat keteledoran ayahanda tersayang yang tidak menggubris nasihat Kiai Ridwan.