Tiba-tiba saja mulut Pak Tejo menyebutkan sebuah nama. Itu yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh Dokter Rudi. Ternyata taktik dan teknik penyelidikan yang diajarkan para guru besarnya sangat ampuh untuk menguak kasus kematian saudara kandungnya itu.
"Siapa itu Sarjito? Saya tidak kenal, Pak Tejo," kata dokter dengan senyum penuh kemenangan karena strategi interogasinya membuahkan hasil.
"Saya tidak mau mengatakannya kepadamu dan kalian semua," katanya sambil menatap dua polisi di belakangnya.
"Mengapa Pak Tejo? Kami semua di sini teman-teman baik Bapak. Bukan musuh, Pak Tejo," kata dokter dengan nada meyakinkan.
"Sebab, dialah yang menjadi biang keladi bencana bagi diri saya, istri, dan anak saya," jawab Pak Tejo mulai menurun nadanya dan tampak memelas wajahnya.
"Begini, Pak Tejo. Saya dan Budi itu sebenarnya saudara kembar satu telur. Kami berdua memang saudara kembar. Kembarnya identik. Makanya, wajah kami berdua sangat mirip," kata Dokter Rudi sambil memegang bahu Pak Tejo untuk membangun kepercayaan yang tulus.
Lalu, dia melanjutkan, "Nah, yang Bapak tembak itu Budi. Bukan saya. Adik saya itu sebenarnya bukan dokter. Dia sebenarnya, maaf, gila. Gilanya karena cita-citanya untuk menjadi dokter seperti saya kandas. Dia gagal tes di fakultas kedokteran perguruan tinggi negeri idamannya. Sedang, saya alhamdulilah diterima, Pak Tejo. Sebab itulah, dia selalu mengidentikkan dirinya dengan saya."
"Jadi, ...." Pak Tejo tak mampu meneruskan ucapannya itu. Tubuhnya lemah lunglai karena rasa sesal yang mendalam atas kesalahannya menembak orang yang tak berdosa.
"Tolong, Pak Tejo sekarang menjelaskan kepada saya dan Bapak-bapak polisi ini tentang kejadian yang sebenarnya. Dan tolong jelaskan pula siapa Sarjito itu yang telah Bapak sebut tadi. Tolong, sekali lagi tolong, Pak Tejo. Itu semua demi ketenangan arwah almarhum adik saya di alam kubur sana," bujuk Dokter Rudi dengan mata mulai berkaca-kaca. Dia tidak hanya sedih melihat kematian adik tercintanya yang begitu tragis dan sadis, tapi juga lebih kasihan terhadap peristiwa yang menimpa dan mengguncangkan kepribadian orang penuh kharisma seperti Pak Tejo ini. Tokoh Desa Ringin Anom itu masih terlihat sangat shock.
"Sekarang, saya baru sadar. Semuanya ini ulah Sarjito," aku Pak Tejo lirih nyaris tak terdengar ucapannya karena suara dari mulutnya lebih didominasi isak tangisnya yang terus meninggi volumenya.
Pak Tejo baru benar-benar sadar kelicikan Sarjito. Dia telah berhasil membujuknya setelah gagal berulang kali. Dia sukses merayunya agar mau maju sebagai calon legislator. Pak Tejo diusung partai yang Sarjito menjadi fungsionarisnya di tingkat pengurus anak cabang Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri.