"Hampir Bu. Rencananya tanggal 2 Desember."
"Oh begitu." Kulihat wajah Yulia sedikit meredup. Entah apa yang ia pikirkan.
"Kenapa Bu?" tanyaku segera.
"Ah tidak apa-apa Pak Pradi. Ikut senang saja, Bapak sebentar lagi mengakhiri masa lajang."
"Kenapa Ibu belum menikah? Usia Ibu berapa?" tanyaku lancang sedikit menyelidik.
"Saya belum ketemu jodoh Pak. Usia saya 30 tahun. Sudah tua ya Pak. Malu saya." Ungkapnya.
"Tidak apa-apa Bu. Memangnya pria seperti apa yang menjadi idaman Ibu?"
"Ah Bapak mau tau saja. Sudah kita bicara tema lain saja. Suatu saat Bapak pasti tahu tipe pria idaman saya. Pasti saya cerita ke Bapak he he he...kalau tidak lupa." Jawab Yulia dengan bercanda.
Perbincangan yang cukup menambah pengetahuanku. Lumayan bisa membuatku lega bahwa dia belum memiliki jodoh apalagi menikah. Masih ada kesempatan, pikirku nakal. Uuppss...Dias... terlintas dibenakku wajahnya yang sederhana. Dias, kenapa kau hadir di hidupku sebelum aku menemukan jantung hatiku.
***
Adzan maghrib berkumandang. Kuambil air wudlu, kubasuh muka betapa sejuk dan segar kulit wajahku. Kuselesaikan sesuai urutan hingga doa setelah wudlu. Begini-begini aku tetap ingat ajaran ustad Solihin. Ustad bilang ketika berwudhu sebaiknya sambil doa karena setiap anggota tubuh kita bisa jadi melakukan dosa. Mulut bisa jadi berbicara tidak baik. Telinga bisa jadi mendengar hal tidak baik.