Mohon tunggu...
Romy Roys
Romy Roys Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Muhammadiyah 2 Depok

Demi menghemat kertas, maka ku pilih kompasiana untuk mencurahkan isi pikiran dan hatiku...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My First Love My Late Love

24 November 2014   16:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:00 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oh, hallo Bu. Baik. Ibu bagaimana kabarnya?" jawabku sedikit gugup. Sungguh aku sangat gugup. Jika berdiri di dekat Yulia, kakiku terasa ringan hendak melayang. Jika Yulia memandangku, rasanya wajahku lepas dari batoknya.

"Pak, pembangunan gedung sudah 80%. Kemungkinan dua minggu lagi selesai ya Pak." Yulia memulai pembicaraan dengan mempesona. Ah, aku begitu menyukainya.

"Bu Yulia, apakah boleh kalau pembangunan gedung sudah selesai, saya main ke SD ini?"

"Boleh saja Pak. Tapi kenapa begitu?"

"Hanya pengin ngobrol saja dengan Bu Yulia. Boleh Bu?" tampak mata Yulia memandangku dengan penasaran. Pasti dia sudah merasa kalau aku jatuh hati padanya. Dia mengembangkan senyumnya.

"Boleh Pak. Silakan!" jawabnya ramah dengan senyum manisnya.

"Bu, kita lihat gedung perpustakaan yuk. Kita cek, siapa tahu ada yang kurang." Ajakku mencari-cari alasan agar bisa berdua dengan Yulia.

"Boleh Pak." Jawab Yulia tak pernah menolak permintaanku. Dia selalu muncul ketika aku datang. Dia selalu menyapaku dan selalu menemani aku jika aku ke SD.

Yulia berjalan di depanku. Aku mengikuti dia. Kucium aroma parfumnya begitu wangi sewangi rona wajahnya. Dia masuk ke gedung perpustakaan. Berbagai bahan bangunan masih terserah di lantai dan di sudut-sudut ruangan. Kakinya selalu berusaha menghindari kayu-kayu dan batu yang masih belum kami bersihkan. Aku hanya bisa memandangnya dari belakang.

Ups Yulia menginjak bambu kecil di depannya. Dia pun kehilangan keseimbangan. Aku pun berlari dan menangkap tubuhnya. Mata kami beradu. Kami tertegun sejenak. Yulia segera bangkit dan wajahnya tampak malu.

"Maaf Bu Yulia. Saya hanya ingin menolong Ibu." Ucapku gugup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun