Mohon tunggu...
Romy Roys
Romy Roys Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Muhammadiyah 2 Depok

Demi menghemat kertas, maka ku pilih kompasiana untuk mencurahkan isi pikiran dan hatiku...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My First Love My Late Love

24 November 2014   16:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:00 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baik Bu, kalau begitu saya pamit dulu. Nanti jam tiga saya ke sini lagi Bu Yulia. Selamat pagi Bu. Selamat mengajar." Aku pamit sambil berdebar-debar. Aku membalik badan, segera menuju parkir. Aku harus menyelesaikan pekerjaan di Kali Kuning, bengkel dan rehab rumah. Aku tak ingin melewatkan kencanku dengan Yulia.

***

Segera kutancap gas menuju SD Sang Dewi. Tak sabar diri ini menatap wajah manisnya. Aku merasa sebagai orang tak waras. Padahal aku sudah seusia ini. Ternyata usia tak membedakan rasa ketika ada ketertarikan dengan lawan jenis. Aku seperti tokoh dalam FTV yang sedang dilanda asmara. Bedanya tokoh FTV masih muda dan aku sudah berumur.

Kulihat dari kejauhan Sang Dewi berada di masjid sekolah. Tampaknya dia baru saja menyelesaikan salat ashar. Ya Tuhan, berilah jalan terindah untukku. Untuk rasa hatiku yang selalu bergetar karena Yulia. Dia menghampiri aku. Dan sudah pasti, jantungku berdebar keras.

"Sore Pak Pradi. Tepat waktu juga ya Bapak." Sapanya.

"Iya dong Bu. Saya gitu lho he he he... Gimana Bu, jadi ya kita ngecek gedung perpustakaan. Mari Bu." Kami berdua pun melangkahkan kaki menuju gedung perpustakaan yang baru 50% jadi. Aku jelaskan berbagai hal agar Yulia mengerti dan paham. Kulihat dia manggut-manggut tanda paham. Meskin dia guru SD yang tak berkutat pada pembangunan gedung, tapi dia tampak cerdas.

Banyak hal dia tanyakan. Dan aku semakin menikmati wajahnya. Semakin dia sering bertanya, maka semakin sering aku memandangnya.

"Bu Yulia sudah menikah?" tanyaku memulai pembicaraan sedikit pribadi. "Maaf Bu, kalau pertanyaan saya lancang."

"Oh, belum Pak. Kenapa Pak? Saya tampak seperti wanita sudah menikah ya, he he he.."

"Bukan begitu Bu Yulia. Saya hanya tidak enak saja. Siapa tahu Ibu harus mengurus putra Ibu di rumah. Ini kan sudah sore. Takut mengganggu aktivitas Ibu di rumah." Jawabku sambil ingin teriak MERDEKA. Aku begitu bahagia mendengar jawaban Yulia. Ingin kukatakan padanya bahwa aku suka dia. Tapi masih kutahan.

"Kalau Bapak sendiri, apakah sudah menikah?" dia balik bertanya. Aku harus jawab apa ya, bingung. Tapi aku harus jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun