Mohon tunggu...
Romy Roys
Romy Roys Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Muhammadiyah 2 Depok

Demi menghemat kertas, maka ku pilih kompasiana untuk mencurahkan isi pikiran dan hatiku...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My First Love My Late Love

24 November 2014   16:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:00 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jadi, Pradi masih boleh memilih?"

"Semua belum terlambat, Nak. Kamu belum menikah. Kalian baru berencana. Ibu tidak ingin anak Ibu menderita. Ibu ingin kamu bahagia dengan wanita yang kamu cintai. Dan Ibu tidak akan bertanya mengapa kamu hendak menikahi Dias, karena Ibu sudah tahu jawabannya." Ibu adalah wanita pengertian dan sangat baik. Tak tampak kekecewaan dalam wajah Ibu. Selalu Ibu memikirkan aku.

"Bu, benarkah tindakanku jika aku menghentikan proses menuju pelaminan dengan Dias? Bagaimana jika Dias sakit hati kemudian berbuat diluar batas?" aku khawatir.

"Lebih cepat kamu beri pengertian kepada Dias, lebih baik. Nanti Ibu dan Bapak akan berembug dengan orang tua Dias. Kamu beri pengertian ke Dias. Beri pengertian yang masuk akal tanpa harus menyakiti. Paham, Nak?"

***

Terbayang raut muka Dias. Rasanya tak sanggup aku mengatakan yang sejujurnya. Dias adalah wanita baik. Aku tidak tega menyakiti hati Dias. Harus bagaimana aku?

Mobil kuparkir tepat di depan pagar rumah Dias. Kubuka pintu mobil dengan hati berat. Aku seakan membawa batu satu ton. Punggungku terasa berat. Mulutku apakah sanggup memberi pengertian sedangkan Dias begitu antusias menyiapkan pesta pernikahan kami.

Kuketok pintu rumah Dias. Dari balik tirai jendela, terlihat Dias tersenyum manis. Tuhan, akankah senyum Dias ini akan segera berakhir dengan berita yang kubawa? Aku tak tega mengatakan hal ini kepada Dias. Aku sayang Dias, tapi aku mencintai Yulia.

"Hai, Pradi. Akhirnya kamu datang juga. Yuk, ke studio foto. Kita sudah ditunggu sejak kemarin." ajak Dias.

"Yuk, kalau begitu kita berangkat sekarang." Aku iyakan ajakan Dias. Aku punya rencana. Dias akan kuajak berputar-putar dan mencari tempat yang enak untuk ngobrol.

Kami berdua masuk mobil. Kunci ku putar dan mesin pun menyala. Kumasukkan gigi satu sambil kutekan kopling. Kulirik Dias, senyum masih menghiasi bibirnya. Dadaku pun serasa remuk. Antara tega dan tidak tega. Tetapi teringat kata Ibu bahwa menikah itu sekali untuk selamanya. Jika aku menikah karena kasihan, maka ke depan bisa jadi ada masalah yang muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun