"Dias, kita mampir ke taman dulu ya?" aku memulai perbincangan.
"Boleh, sudah lama juga aku tidak ke taman kota, Mas. Di sana tuh banyak anak-anak kecil. Rasanya aku tidak sabar Mas, ingin menimang seorang bayi. Tentunya bayi kita." Jawab Dias panjang dan menambah sesak dadaku.
Mobil kuparkir di bawah pohon asem. Kami keluar mobil. Kulangkahkan kaki menuju kursi taman depan kolam ikan. Kucari tempat yang tenang dan bebas orang berlalu lalang. Kami duduk menghadap ke Timur. Kuambil sebuah batu dan kulempar ke kolam. Gelombang kecil muncul memutar diiringi suara batu jatuh ke air.
"Dias, eee....kamu sehat?" aku memulai pembicaraan.
"Sehat, Mas. Kok tanyanya gitu?"
"Kamu benar-benar yakin ingin menjadi istriku?" lanjutku.
"Mas, sendiri bagaimana? Yakin ingin menjadi suamiku?" Dias balik bertanya dan aku diam sejenak.
"Mas, kok diam? Kenapa pertanyaanmu seperti itu. Seharusnya kamu tidak usah bertanya. Dari kemarin aku menghubungi mu untuk foto prewedding. Tahu kan artinya?" lanjut Dias. Dan aku masih diam tak bisa menjawab.
"Mas ragu? Mas tidak yakin? Mas bimbang?" pertanyaan Dias seakan mengetahui isi kepalaku.
"Dias, aku bingung." Jawabku dengan nada rendah.
"Bingung? Bingung kenapa?"