"Lebih baik ditunda daripada kita sudah menikah tetapi masalah semakin banyak. Mas, bagiku menikah itu bukanlah mainan." Jawaban Dias menambah semangat di dadaku. Kami pun menuju mobil dan kembali ke rumah Dias.
***
Kami masuk rumah. Kami menghampiri ayah dan ibu Dias yang sedang bersantai di ruang keluarga.
"Lho, cepat sekali foto preweddingnya? Sini-sini calon menantu Bapak. Wah, sebentar lagi kamu adalah anggota keluarga kami." Sambut ayah Dias.
"Ayah, ibu Dias dan Mas Pradi mau bicara." Dias membuka pembicaraan serius.
"Ada apa Dias? Bicara saja, bukankah kita selama ini selalu demokratis. Kita bebas bicara selama sopan dan santun tetap kita jaga." Jawab ayah Dias.
"Ayah, Ibu sebelumnya Dias dan Mas Pradi minta maaf. Tadi kami tidak jadi ke studio. Kami ngobrol di taman kota."
"Lalu?"
"Kami berdua sepakat untuk menunda pernihakan ini."
"Dias, berapa usiamu sekarang? Usia mu sudah begitu terlambat untuk menikah. Sebulan lagi kamu sudah akan menikah, kenapa ditunda? Ayah dan ibu tidak habis pikir." Ayah Dias tampak kurang berkenan.
"Maaf Pak, perkenankanlah saya menjelaskan." Aku mencoba membantu Dias menjelaskan.