"Pagi, Pak! Bagaimana kabar Bapak?" jawabnya sembari menanyakan kabarku.
"Alhamdulillah baik, Ibu sehat juga?" lanjutku.
"Alhamdulillah sehat, Bapak. Pekerjaan Bapak di SD ini hampir selesai rupanya?"
"Oh, masih lama Bu. Gedung perpustakaan ini baru 30%, masih banyak yang harus diselesaikan. Ibu sudah tidak sabar ya?" jelasku.
"Tidak juga Bapak. Saya hanya bertanya saja, daripada tidak ada yang harus saya tanyakan he he he." Jawab Sang Dewi cantik sambil tertawa.
Ternyata wanita ini lucu juga dan tampak apa adanya. Suka bercanda, alami serta enak didengar. Entah karena aku tertarik padanya atau memang dia lucu. Ah, yang terpenting adalah aku bisa ngobrol dan melihat wajah manis Sang Dewi.
"Maaf Pak, saya masuk kelas dulu. Kepala Sekolah ada lho Pak. Silakan ke kantor jika hendak bertemu!" Sang Dewi membuyarkan lamunan singkatku dan aku begitu grogi.
"Eeh...iya Bu terima kasih. Saya belum ingin bertemu. Nanti saja, saya akan mengecek para pegawai dulu."
"Baik, mari Bapak." Sang Dewi pun berlalu sambil tersenyum damai.
Jantungku serasa lepas dari sarangnya. Aku harus memegangi dadaku, takut jika benar-benar jantung ini melompat dari tempatnya. Tuhan, kenapa aku ini. Lututku kutahan agar tidak bergetar. Malu jika orang lain tahu bahwa aku sedang jatuh cinta dan tak bisa menahan diri dengan kekalutan hati.
Para pegawai mulai memasang genting gedung perpustakaan. Ada satu genting yang tidak rapi. Kuminta mereka mencopot kembali dan merapikan. Pekerjaan harus sempurna agar pelanggan puas. Bagiku kepuasan pelanggan adalah nomor satu. Mereka harus selalu diawasi agar tak sembarangan bekerja. Apalagi proyek di SD ini. SD spesial bagiku. SD yang wajib kukunjungi setiap hari. Berbeda dengan proyek lain. Paling-paling seminggu sekali aku mengecek pekerjaan pegawaiku. SD ini harus tiap hari aku datangi. Ada magnet yang menarikku untuk selalu datang ke SD ini.