"Assalamualaikum..." kuucap salam sambil kuketuk pintu. Rumah ini tampak sepi. Tidak ada orangkah di dalam. Yulia tinggal dengan siapa? Dia bilang belum menikah, bahkan pacar saja tidak punya. Dia orang semarang. Dia tinggal sendiri kah?
Kudengar dari dalam kunci gemericik. Daun pintu pun terbuka sedikit demi sedikit. Ketika daun pintu melebar, kulihat wajah cantik muncul sambil kaget.
"Eh, Pak Pradi...kok tahu rumah saya." Yulia kaget.
"Saya tanya kepala sekolah. Boleh saya masuk." Aku beranikan diri meminta untuk masuk.
"Silakan!" Yulia mempersilakan. Senyumnya agak ditahan. Matanya masih saja berbinar.
"Yulia, bolehkah saya memanggil dengan Yulia saja?"
"Silakan." Sekali lagi dia menjawab singkat. Menambah jantungku deg-degan.
"Saya mau minta maaf. Maafkan saya sudah bicara lancang, tempo hari di sekolah. Tapi Yulia, saya benar-benar menyukaimu. Saya berniat baik..."
"Bagaimana mungkin Bapak menyukai saya, sedangkan Bapak belum mengenal saya. Kita baru kenal 3 minggu Pak. Itu pun, hanya beberapa kali bertemu. Ngobrol juga tidak banyak. Bapak belum mengenal saya. Mengapa Bapak begitu yakin menyukai saya?" berbagai pertanyaan dicecar Yulia. Aku bingung harus menjawab apa. Aku diam sejenak, mencari-cari jawaban yang tepat, masuk akal, logis, bisa diterima. Diterima orang cerdas macam Yulia.
"Saya tertarik pada pertemuan kedua dengan kamu. Awalnya saya kagum. Lama-kelamaan ada rasa sayang yang merasuki hati saya. Setiap hari saya bertanya pada hati kecil saya, apakah saya mencintai kamu. Dan setiap malam saya tidak bisa tidur. Saya selalu memikirkan kamu. Dalam doa-doa saya, selalu menginginkan kamu untuk menjadi milik saya. Maafkan saya Yulia. Saya lancang." Aku berusaha menjelaskan perasaanku. Yulia terdiam mendengarkan sambil menatap mataku hingga tembus ke belakang.
"Pak, saya tidak tahu harus menjawab apa. Saya bingung. Saya tidak mau menjadi wanita perusak pertunangan orang lain. Sungguh Pak, saya tidak ingin menjadi wanita seperti itu. Saya benar-benar menyesal Pak." Yulia tampak berkaca-kaca. Aku tidak ingin membuat dia bersedih. Juga bukan kesalahan dia. Aku tidak melanjutkan pernikahanku dengan Dias, juga bukan karena aku selingkuh dengan Yulia. Semua aku putuskan, jauh sebelum aku mengungkapkan rasa hatiku kepada Yulia. Jadi bukan salah Yulia.