Saying, ia tidak bisa membalas perataan ibunya itu. semua yang ia raskaan ia urungkan kembali dan disimpan di dalam hati hingga akan ada saatnya bom waktu itu tiba-tiba meledak.
''Maafkan aku, aku akan berusaha lebih keras lagi.''
Tinggal 223 hari menuju ujian masuk universitas, Gangga makin merasa terbebani dengan tanda jalan ke depannya. Ia menjalani hidupnya atau hidup ibunya? Ia berpikir bahwa ia lahir hanya untuk memenuhi mimpi ibunya. Semakin ia mengikuti tanda jalan yang ditentukan oleh ibunya, semakin pula ia kehilangan jati dirinya sendiri. Ia seperti benar-benar robot yang diatur oleh orang tuanya sendiri hanya untuk dibanggakan pada orang-orang di sekitarnya.
Di kamarnya, Rhea membuka aplikasi Instagram dan membuat akun baru dengan nama 'Artpreciatetheday' ia memilih nama ini untuk mengunggah kata-kata isi hati yang ia pikirkan yang asalnya hanya tersimpan pada note di handphonenya. Sama seperti saran yang diberi Gangga. Tidak cukup berharap banyak karena semua orang dirasanya bisa melakukan hal kecil ini. Di waktu itu juga, ia langsung memposting unggahan pertamanya. Dipotretnya sebuah foto aesthetic pada tempat meja belajarnya yang dipenuhi buku-buku soal dengan caption 'kata-kata tidak hanya da di kepala, tetapi juga ada di hati.' Sama dengan hal yang telah ia alami tadi sore sepulang sekolah.
Tak lama, muncul notifikasi dari seseorang dengan fake akunnya bernama 'feel_empty' dan mengirimkan Rhea pesan.
'Aku juga merasa terluka seharian ini karena perkataan seseorang. Kata-katamu memberiku semangat, terima kasih.'
Lalu Rhea membalasnya.
''Aku juga, ada yang seenaknya menilaiku bahkan sepertinya orang itu tidak mengetahui namaku sekalipun. Kadang, aku merasa bahwa itu salahku sepenuhnya. Yang melukai kita baik-baik saja, tapi kenapa kita yang merasa sulit?''
''Tapi meski begitu, jangan salahkan diri sendiri!''
''Ya, kamu benar! Maaf tiba-tiba mengeluh. Aku merasa frustasi sekali akhir-akhir ini.''
''Tidak apa-apa. Kamu kelas 3 SMA kan? Aku juga sama. Ayo kita berteman sesama murid kelas 3 SMA.''