''Apa? Apa maksudmu menghilang?''
''Gangga pergi dari rumah, dia menghilang dejak tadi malam. Kamu tahu hal ini?''
Teringat, Rhea mengambil kembali handphonenya dan membuka pesan kemarin yang dikirimkan Gangga sebelum menemuinya. 'Aku ingin mati, haruskah aku bunuh diri?' Rasa khawatirnya semakin bertambah dengan berita ini. Rhea mencoba menelpon Gangga terus menerus. Namun, tidak ada hasil karena handphonenya dimatikan.
''Ponselnya masih mati. Haruskah aku mencarinya? Sulit sekali bila aku harus menunggu tanpa berbuat apa-apa.''
Dikta tidak ingin sahabatnya hilang lagi, sehingga ia tidak mengijinkan untuk mengambil arah sendiri dalam kehendaknya.
''Orang tuanya pasti sudah menelpon polisi. Jangan khawatir. Dia akan baik-baik saja. Dia pasti akan mennghubungi kita.''
Aku tidak tahan lagi dengan neraka ini. Sudah terlihat di depannya beberapa langkah apartement tempatnya tinggal. Ia membalikkan badan 180 dejarat dan berjalan menjauhi tempat itu. kenangan-kenangan yang ia lalui saat melewati jalan itu diputarkan oleh otaknya secara visual. Dilihatnya mobil Mercy berwarna hitam itu melewati jalan di depan tempat trotoar dan lampu jalan dimana ia berdiri tepat. Dirinya juga melihat Gangga yang berada di belakang jok mobil itu dengan perasaan yang selalu cemas.
Jalan yang setiap kali ia lalui, pemandangan yang selalu ia lihat. Tapi, mengapa ia belum pernah melewati jalan ke arah sana? Ia berjalan terus menuju tempat pemberhentian bus. Walaupun setiap hari ia melihatnya, tidak pernah sekalipun ia naik bus. Ia tahu nama nama derah, tapi ia tidak pernah pergi kesana. Banyak sekali jalan yang dapat ia lalui di dunia ini. Tapi, kenapa tidak ada jalan untuknya untuk ia lalui?
Gangga terbangun dari tidur lelapnya krena matahari yang mulai mengerumuni dan tersentak membuatnya terbangun karena polisi tidur yang bus itu lewati. Tak sadar, ia melihat sekelilingnya sangat berbeda dari tadi malam. Juga hanya ia yang berada di dalam bus itu. Ada tempat pemberhentian di depan, ia membayar bus itu dan turun.
Gangga menyusuri jalan di tempat itu dari pemberhentian bus tadi. Ia melihat hamparan luas air berwarna biru dan duduk sambil memeluk kedua kakinya. Perutnya lapar, melihat isi dompetnya yang ia bawa tidak banyak. Ia menyalakan handphonenya, suara notifikasi terdengar sangat bertautan tanpa henti hampir selama satu menit. Lalu, Gangga mengirim foto pantai di hadapannya pada grup chat bersama sahabat-sahabatnya. Lantas, kini keberadaannya sudah diketahui. Mereka berkata bahwa Gangga bersennag-senang sendiri dan meninggalkan mereka diambang kesusahan karena mengkhawatirkannya.
Dikta : Gangga arkata, kamu dimana?