''Ada rumor kalau dia punya lebih dari 50 buku soal yang bisa saja akan ia tamatkan dalam setahun ini dari kursusnya. Luar biasakan?'' Semua teman-teman dihadapannya tidak berkutik dan hanya mampu menelan ludah mereka dengan sedikit tekanan.
''Di liburan kemarin kamu juga menghabiskan waktu untuk belajar?'' Tanya Dikta yang juga penasaran pada Gangga.
''Ya, seperti itulah. Kalian tahu ibuku bagaimanakan?'' Gangga melontarkan kalimat itu dengan sedikit senyum yang melengkung pada bibirnya.
Aku semakin cemas, hari ini semua siswa berubah 360 derajat seperti biasanya. Oh, aku sudah menemukan teka-teki tadi pagi. Semua sudah memulai perang dengan soal yang akan mereka taruhkan untuk masa depan. Dan permasalahannya, bukan hanya aku yang belajar dengan keras. Jadi, aku harus melakukan sesuatu. Ya, belajar.
Sepulang sekolah di hari pertama kelas 3 SMA ini, Gangga menemani Rhea untuk belajar hingga larut di perpustakaan seperti biasa. Rhea menuliskan to do list yang harus ia kerjakan sore ini. Mulai dari memahami materi hingga mengerjakan jenis soal-soal mudah sampai tersulit menurutnya. Ia membuka lembar demi lembar kertas yang ada pada mejanya dan mengerjakan soal-soal itu. Tak terasa sudah dua setengah jam ia duduk, Rhea merenggangkan tubuhnya agar otot-otot kakunya lebih nyaman untuk bertempur dengan soal-soal itu kembali.
Melihat sahabatnya kelelahan, Gangga menawarkan bagaimana jika ia pulang dan beristirahat karena besok akan ada ujian percobaan masuk universitas. Namun, Rhea tetap kuat pada tekadnya untuk menyelesaikan to do list-nya hari ini. Dengan begitu, Gangga pamit pulang dan meninggalkan Rhea di perpustakaan itu. Setelah satu jam terlampaui tepatnya pukul 9 malam, ia bergegas membereskan buku dan alat tulisnya yang dimasukkan ke dalam tas gendong abu abu miliknya. Dilihat sekelilingnya teman-teman seangkatannya masih focus dengan pekerjaan masing-masing padahal sudah menuju larut malam. Ia berkata dalam hatinya, aku tidak tahu harus seberapa banyak belajar, bila dipaksakan itu akan menjadi percuma bagiku. Lalu meninggalkan meja itu dan keluar perpustakaan menuju rumah.
Hari Selasa, tahun 2020 pagi yang cerah di bulan Juli di depan kelas 3-A6 terlihat sesosok wanita berambut panjang dengan ikatan kuncir kuda sepunggung berdiri di depan mesin tempat mengisi minuman. Ia merobek 3 sachet langsung kopi rasa moccacino dan memasukkannya pada botol berwana hitam. Hanya ia yang berada di kelas pada saat itu. Semua teman-temannya pergi ke perpusatakaan untuk belajar mandiri persiapan ujian percobaan masuk universitas nanti siang.
Bora memasuki kelas dengan membawa botol berwarna hitam berisi kopi itu di tangan kanannya. Masih panas, sehingga ia tidak bisa meminumnya langsung. Dilihat sekelilingnya, matanya tertuju pada bangku diujung paling belakang kelas tempat Gangga duduk.
Dilihatnya sebuah buku lumayan tebal berjudul 'The Secret 98% of Kisi-Kisi dan Soal Ujian Masuk Universitas Tahun 2021 oleh Buckminsterflurrence Private Tutoring'. Dibukanya buku itu dengan tangan kirinya. Ia menaruh botol berisi kopi yang dibawanya di meja Gangga dan mengambil buku itu. Masih sedikit lembaran-lembaran soal yang telah diisi.
Terdengar suara kaki berjalan. Ia bergegas untuk kembali ke bangkunya. Terburu-buru gerakannya, ia menaruh buku tersebut seperti semula. Sambil melihat siapa yang datang, tangannya berusaha membawa botol berisi kopi itu. namun, ia tak sengaja menyonggol botol itu dengan tangan yang tidak ia lihat saat mengambil tadi. Setengah kopinya tumpah di bangku Gangga dan mengenai buku langka itu karena tidak ada yang bisa memilikinya selain murid yang kursus di Buckminsterflurrence, tempat les dengan biaya tertinggi dan tidak heran bila semua muridnya lolos ujian masuk universitas-universitas terbaik di Indonesia. Ia mengelap bangku dan buku yang terkena tumpahan itu dengan lengan seragam putihnya. Datang dari kamar mandi, ia langsung mengajak Gangga untuk keluar kelas saat itu.
''Aku yang menumpahkannya. Maaf, aku tidak sengaja.''