''Jawab lebih keras lagi. Mengerti?''
''Ya, pak!''
Suara bentakan dari anak-anak dalam kelas itu mungkin dapat mencairkan dinding-dinding dan kaca-kaca lorong beku tadi hingga membakar lapangan.
Dering suara nyaring bel istirahat berbunyi di sekolah itu. Waktu menunjukkan pukul 12.20 WIB. Dalam hari-hari biasanya mereka pergi berbondong-bondong ke kantin untuk makan siang, Namun hari ini berbeda. Hampir semua siswa masih berada di kayu coklat itu menikmati asupan prediksi soal ujian masuk universitas tahun ini. Sama halnya dengan Rhea dan sahabat-sahabatnya yang duduk melingkar di depan meja Rhea dan Yuri.
''Ah pak guru membuat kita takut.'' Keluh Rhea yang mengawali pembicaraan diantara mereka.
'' Benar, pasti banyak yang merasa khawatir.'' Dibalasnya keluhan itu pada Rhea oleh teman disampingnya.
''Tapi, Yuri tidak perlu khawatirkan? Catatan piagammu lebih dari 20 lembar.'' Sahut Rhea dengan nada sedikit membentak karena dirinya tidak mempunyai satu lembar pun piagam seperti Yuri.
Sontak, orang yang berada di depan Yuri, Dikta menyahut disertai tubuhnya yang reflek berdiri dan jari telunjuk tangan yang diarahkan pada Yuri.
''Apa? 20 lembar? Luar biasa! Aku pikir monster belajar itu hanya Gangga Arkata si peringkat satu. Tapi ternyata ada satu monster lagi!''
'' Hei, bukan aku yang peringkat satu di angkatan. Bora yang di sana. Dia benar benar monster peringkat satu.'' Gangga memalingkan kepalanya pada Bora yang sedang memegang pulpen seraya digerakan dengan jari-jari lentiknya di bangku tepat sebelah pintu masuk kelas paling depan disertai minuman favoritnya, isi 3 sachet kopi rasa moccacino dalam botol minum berwarna hitam di hadapannya.
Sembari diikuti palingan wajah teman-temannya Gangga melanjutkan pembicaraannya.