Tidak masuk akal, sejak mengenal Bagas walau hanya dari koresponden. Liza telah menjaga tubuhnya tak tersentuh lelaki mana pun. Sampai hari ini bertemu dengan Bagas untuk pertama kalinya. Liza sudah membiarkan Bagas untuk menyentuh dirinya.
Seperti saat ini telah pasrah ketika dalamannya merosot sampai lutut. Begitu juga saat Bagas menciumi bagian yang paling sensitif dari keseluruhan tubuhnya.
Tanpa sadar pinggulnya ikut terangkat, seolah tak ingin Bagas berhenti. Tangannya ikut membelai rambut Bagas, seakan mau mengatakan untuk tidak berhenti.
Sesaat Bagas mengangkat kepalanya, lalu menatap wajah Liza yang saat terlihat sedang terhanyut.
"Kamu suka?" Tanya Liza sambil mengatur napas.
Bagas tersenyum sambil mengangguk.
Kemudian dengan diikuti senyum merekah, Liza menarik wajah Bagas. Seperti mengisyaratkan untuk mencumbu dirinya kembali. Tentu saja Bagas tak menolak.
"Kamu sayang aku nggak, sih?" Tanya Liza dengan suara manja.
"Lebih dari itu," sahut Bagas tanpa berhenti mencumbu belahan empuk dihadapannya.
"Maksud kamu?" Liza mengangkat kepala Bagas.
"Aku udah mencintai kamu sejak lima belas tahun lalu," jawab Bagas dengan raut muka serius.
"Jangan bercanda, ah," ucap Liza sambil mendorong tubuh Bagas.