Bagas tak berpikir panjang lagi, tangannya langsung menekan handle kursi Liza sehingga sandarannya turun kebelakang. Tersenyum lebar melihat Bagas tak sabaran.
Sementara Liza juga menyukainya dan tidak menampik, meskipun ini pengalaman pertama dapat sentuhan dari seorang pria.
Dan anehnya pria yang beruntung itu adalah Bagas yang dikenalnya lima belas tahun lalu.
Tidak masuk akal, sejak mengenal Bagas walau hanya dari koresponden. Liza telah menjaga tubuhnya tak tersentuh lelaki mana pun. Sampai hari ini bertemu dengan Bagas untuk pertama kalinya. Liza sudah membiarkan Bagas untuk menyentuh dirinya.
Seperti saat ini telah pasrah ketika dalamannya merosot sampai lutut. Begitu juga saat Bagas menciumi bagian yang paling sensitif dari keseluruhan tubuhnya.
Tanpa sadar pinggulnya ikut terangkat, seolah tak ingin Bagas berhenti. Tangannya ikut membelai rambut Bagas, seakan mau mengatakan untuk tidak berhenti.
Sesaat Bagas mengangkat kepalanya, lalu menatap wajah Liza yang saat terlihat sedang terhanyut.
"Kamu suka?" Tanya Liza sambil mengatur napas.
Bagas tersenyum sambil mengangguk.
Kemudian dengan diikuti senyum merekah, Liza menarik wajah Bagas. Seperti mengisyaratkan untuk mencumbu dirinya kembali. Tentu saja Bagas tak menolak.
"Kamu sayang aku nggak, sih?" Tanya Liza dengan suara manja.