Rindu menundukkan kepala, menelan kata-kata itu. "Aku akan berhati-hati, Prilly. Terima kasih," jawabnya, dan dengan perlahan, mereka mengakhiri panggilan tersebut.
Setelah menutup ponselnya, Rindu duduk kembali di sofa, meresapi setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Prilly. Dalam hati, dia merasa semakin terjepit---di antara cinta yang tak bisa dimiliki dan kewajiban yang harus dijalani. Apakah ini jalan yang harus dia tempuh? Apakah dia benar-benar bisa terus menjalani hidup dengan perasaan yang tak pernah utuh?
Di ruang tengah, Gazi memandanginya dengan cemas. "Rindu, kamu tidak apa-apa, kan?" tanyanya lembut, mengulangi pertanyaan yang sama seperti sebelumnya.
Rindu menatap suaminya, mencoba tersenyum meskipun hatinya hancur. "Aku baik-baik saja, Gazi. Jangan khawatir," jawabnya, meskipun dirinya tahu bahwa kata-kata itu hanya untuk menenangkan Gazi. Padahal, hatinya sedang bergejolak. Dia ingin lari, ingin bersama Rasha, namun dia tahu bahwa segala sesuatu yang dia cintai ada di sini---di rumah ini, bersama Gazi dan anak-anaknya.
Namun, apakah dia bisa terus menyembunyikan perasaannya? Apakah dia akan selalu merasa terjebak dalam kehidupan yang seolah sempurna, namun begitu kosong?
Hujan semakin deras, seolah menambah kesunyian dalam hati Rindu. Sebuah perasaan yang tak bisa ia hindari, sebuah cinta yang tak akan pernah sampai.
Bab 3: Di Persimpangan Perasaan
Rindu duduk di teras rumahnya, memandangi hujan yang semakin deras di luar. Udara Bandung yang dingin menyelimuti tubuhnya, namun hatinya jauh lebih dingin. Pikirannya melayang, berpindah-pindah antara bayangan Gazi yang penuh perhatian dan Rasha yang selalu hadir dalam setiap detak jantungnya. Ia ingin sekali bisa melupakan rasa itu, tetapi kenyataannya justru semakin menghantuinya.
"Rindu?" Suara Gazi memecah lamunannya. Ia menoleh, melihat suaminya berdiri di pintu teras dengan wajah cemas. Gazi selalu begitu, penuh perhatian, tak pernah lelah menunjukkan kasih sayangnya kepada Rindu. Namun, entah mengapa, perasaan itu tidak pernah cukup untuk memenuhi kekosongan yang ada dalam hati Rindu.
"Kenapa lama sekali? Kamu tidak masuk ke dalam?" tanya Gazi, melangkah mendekat dengan tangan terulur, berusaha memeluk istrinya.
Rindu menggeleng pelan, berusaha tersenyum. "Aku hanya butuh sedikit waktu untuk diri sendiri," jawabnya, meskipun dalam hati, ia merasa terjepit antara rasa bersalah dan kerinduan yang mendalam. Hatinya selalu berpihak pada Rasha, tapi ia tidak bisa begitu saja meninggalkan Gazi yang sudah banyak berkorban untuknya.