Gazi mendekat, meletakkan tangannya di tangan Rindu. "Tidak perlu menjelaskan apapun, Rindu. Aku hanya ingin kau bahagia. Jika bersama Rasha adalah kebahagiaanmu, aku akan melepasmu."
Malam itu, Rindu merasa tidak bisa lagi mengabaikan perasaan yang terus berkembang di dalam dirinya. Ia memilih untuk bertemu dengan Rasha, untuk menghadapinya, meskipun ia tahu pertemuan itu mungkin akan mengubah segalanya.
Di kafe yang sama, Rasha sudah menunggunya. Senyumnya yang dulu selalu memberikan kenyamanan kini terasa berbeda---lebih seperti sebuah harapan yang sulit digapai.
"Rindu..." Rasha memanggilnya dengan lembut.
Rindu duduk di hadapan Rasha, merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. "Rasha, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Aku mencintaimu. Tapi aku juga mencintai keluargaku."
Rasha menggenggam tangan Rindu, wajahnya serius. "Aku tahu, Rindu. Aku tidak ingin memaksamu, tapi aku ingin kau tahu satu hal---aku akan selalu menunggumu. Aku akan selalu ada untukmu."
Rindu menatapnya, merasa terombang-ambing antara dua dunia yang begitu berbeda. Ia tahu, perasaan ini tidak akan mudah pergi. Tetapi ia juga tahu bahwa keputusan yang ia buat akan mempengaruhi hidup banyak orang---termasuk anak-anak yang begitu ia cintai, dan suaminya yang selalu setia.
Dengan suara yang hampir tak terdengar, Rindu berkata, "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, Rasha. Tapi aku tidak bisa terus menjalani hidup dengan perasaan yang seperti ini."
Saat malam mulai merambat, Rindu duduk di rumah, sendirian, dengan perasaan campur aduk. Hatinya tidak pernah merasa lebih berat dari ini. Apa yang akan ia pilih? Cinta yang selama ini terpendam, atau keluarga yang telah dibangunnya dengan penuh cinta?
Di luar sana, jalan-jalan mulai sepi. Rindu menatap ke luar jendela, merasa bingung dengan langkah hidupnya yang tak pasti. Dalam hatinya, ada harapan dan kekhawatiran yang sama besarnya.
Bab 7: Pilihan yang Tak Terucapkan