Rindu merasa ada sedikit kelegaan di hatinya, namun rasa takut tetap menggerogoti dirinya. Keputusan ini tidak mudah, dan ia tahu bahwa ia akan kehilangan banyak hal. Kehidupan yang telah ia bangun bersama Gazi, anak-anaknya, semuanya akan berubah. Namun, rasa cinta yang ia miliki untuk Rasha begitu kuat, tak bisa ia pungkiri.
Setelah membaca pesan itu, Rindu memutuskan untuk pergi keluar rumah sejenak. Ia ingin melarikan diri dari kenyataan, meskipun ia tahu bahwa pelarian ini hanya sementara. Pikirannya berkecamuk, dan langkah kakinya membawa dirinya ke sebuah taman kecil di dekat rumah. Di sana, ia duduk di bangku taman, menatap langit yang mulai berubah warna. Angin sepoi-sepoi menenangkan pikirannya, namun hatinya tetap terasa kacau.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya dalam hati.
Pikirannya kembali pada anak-anaknya---Rea yang cerdas dan Gio yang penuh semangat. Mereka adalah dunia yang tak tergantikan. Ia tahu, meskipun perasaan cintanya kepada Rasha begitu besar, ia harus memilih yang terbaik untuk mereka. Keputusan yang ia ambil akan mempengaruhi kehidupan anak-anaknya, dan itu bukanlah sesuatu yang bisa ia anggap enteng.
Malam itu, Rindu kembali ke rumah dengan perasaan yang lebih berat dari sebelumnya. Ia tahu bahwa percakapan dengan Gazi tidak bisa ditunda lebih lama. Ia harus memberi jawaban yang pasti, meskipun itu akan melukai banyak hati. Ia mencintai suaminya, Gazi, yang begitu sabar dan penuh kasih, namun perasaan yang ia miliki untuk Rasha begitu mendalam. Dalam hatinya, ia merasa terperangkap antara dua dunia yang tak bisa ia pilih dengan mudah.
Ketika Rindu masuk ke rumah, Gazi sudah menunggunya di ruang tamu, duduk dengan tatapan serius. Ia tahu, Rindu telah membuat keputusan. Waktu untuk berpura-pura sudah habis.
"Rindu, apakah kau sudah memutuskan?" tanya Gazi dengan suara yang tenang, meski ada rasa cemas di matanya.
Rindu berdiri di depan Gazi, menatapnya dalam-dalam. Ia tahu ini adalah saat yang paling menentukan dalam hidupnya. "Gazi, aku mencintaimu, tetapi aku juga mencintainya. Aku tidak bisa terus hidup dalam kebingunganku."
Gazi menundukkan kepala, berusaha menahan air matanya. "Jika itu yang membuatmu bahagia, aku akan melepaskanmu."
Rindu merasa sesak di dadanya, namun ia tahu bahwa ini adalah jalan yang harus ditempuh. Ia tidak bisa lagi bersembunyi dari kenyataan. "Aku... aku harus pergi," kata Rindu, suara terbata.
Rindu meninggalkan rumah itu, melangkah menuju masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Ia tahu bahwa keputusan ini akan membawa banyak perubahan, namun ia harus mengikuti hati nuraninya. Dunia yang dulu ia kenal akan berubah, dan ia harus siap menghadapi semuanya.