Bab 9: Keputusan Tak Terelakkan
Setelah malam itu, Rindu merasa seakan dunia sekelilingnya terbalik. Hatinya seolah dihancurkan oleh pilihan yang harus ia buat. Ia telah mengungkapkan perasaannya pada Gazi, yang meskipun dengan berat hati, memilih untuk memberinya kebebasan. Namun, kebebasan itu terasa seperti beban yang sangat berat baginya. Ia tahu apa yang ia inginkan, namun kenyataan hidup menyapanya dengan cara yang tak pernah ia duga.
Hari-hari berikutnya berlalu dengan cepat. Rindu mencoba menyesuaikan diri dengan kenyataan baru ini, namun rasa cemas dan keraguan masih menguasai pikirannya. Ia sering terjaga hingga larut malam, memikirkan bagaimana hidupnya akan berubah setelah keputusan ini. Apakah ia akan benar-benar bahagia dengan Rasha? Ataukah ia akan merindukan kehidupan yang ia tinggalkan bersama Gazi dan anak-anak mereka?
Suatu pagi, saat Rindu sedang duduk di meja makan, menunggu Rea dan Gio bersiap untuk berangkat ke sekolah, ponselnya bergetar. Rindu memandang layar ponselnya, dan detak jantungnya langsung berpacu lebih cepat. Sebuah pesan masuk dari Rasha.
"Aku menunggu jawabanmu, Rindu. Aku tak ingin kau ragu lagi. Aku ingin kamu ada di sini, bersamaku. Apa yang harus kita lakukan untuk membuat ini nyata?"
Rindu merasakan hangat di dadanya, namun ketakutan juga muncul bersamaan. Rasha begitu percaya diri, begitu yakin dengan perasaannya. Tapi Rindu? Ia masih merasa terombang-ambing. Ia menatap pesan itu lama, merasa seolah waktunya telah tiba. Ia tak bisa terus menerus menunda keputusan ini. "Aku harus memilih," pikirnya.
Ketika Gio dan Rea akhirnya berangkat ke sekolah, Rindu memutuskan untuk keluar dari rumah. Ia merasa terperangkap dalam keheningan dan kebingungan. Ia ingin bicara dengan seseorang, mungkin seseorang yang bisa memberinya sedikit petunjuk tentang apa yang harus ia lakukan. Hatinya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.
Ia berjalan kaki menuju sebuah kafe kecil yang biasa ia kunjungi untuk sekadar menenangkan pikiran. Di sana, ia duduk di sudut, memesan secangkir kopi, sambil menatap dunia yang sibuk berlalu di luar jendela. Tidak ada suara yang cukup keras untuk mengalahkan kebisingan di dalam hatinya.
Tak lama, pintu kafe terbuka, dan seseorang masuk. Rindu terkejut ketika melihat siapa yang baru saja masuk. Itu adalah Gazi, suaminya. Ia menatap Gazi dengan tatapan bingung dan cemas. Apa yang dilakukan suaminya di sini? Gazi sepertinya sedang mencari sesuatu atau seseorang, dan matanya langsung tertuju pada Rindu.
Dengan langkah yang pasti, Gazi mendekat, lalu duduk di hadapan Rindu. "Rindu," kata Gazi dengan suara yang tenang, namun ada ketegangan yang tak bisa ia sembunyikan. "Aku tahu ini sulit. Aku tahu kau sedang berada di persimpangan jalan, tapi aku ingin kau tahu bahwa aku tidak ingin kau merasa terbebani. Apapun keputusanmu, aku akan tetap menghargainya."
Rindu menundukkan kepala, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Gazi. Aku merasa terjebak antara dua dunia. Aku mencintaimu, tapi aku juga mencintainya. Aku tahu itu salah, tapi aku tidak bisa mengabaikan perasaan itu."