Mohon tunggu...
Putri Permata
Putri Permata Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Jangan pernah merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karna siapa mereka tapi siapa kita?

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Yakin Mau Menyerah?

15 Februari 2021   10:46 Diperbarui: 15 Februari 2021   11:05 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya Re, kenapa emangnya?" jawab Widya

"Tapi aku tidak men" belum sempat aku meneruskan kataku, Reina langsung memotong pembicaraan. "Tadi kamu sendiri yang menitipkannya padaku Na, masih SMA sudah pikun" potong Reina sambil cengengesan dan menatapku seakan memberi isyarat untuk tidak bicara lagi.  Lalu dering pesan pun berbunyi, aku langsung melihatnya.

whatsapp-image-2021-02-15-at-08-36-06-1-6029df54d541df710076fcb2.jpeg
whatsapp-image-2021-02-15-at-08-36-06-1-6029df54d541df710076fcb2.jpeg
Setelah aku membaca pesan terakhir dari Reina, aku sedikit merasa senang. Karena, disaat keluargaku tidak mempercayai bahwa aku bisa. Di sisi lain ada Reina yang percaya bahwa aku bisa memenangkan olimpiade Fisika ini. Semangatku kembali bangkit, dan aku akan buktikan pada Ayah dan Kak Jane bahwa aku bisa.

***

Pembelajaran telah selesai, saatnya pulang dan belajar. Lima hari kedepan menuju seleksi dilaksanakan. Akupun bergegas pulang. Saat aku sampai dirumah, aku mendengar keributan terjadi lagi. Kali ini terdengar suara Kak Shea yang nenangis sambil berteriak, terdengar suara bentakan Ayah. Aku terkejut dan langsung bergegas membuka pintu. Saat baru saja aku memasuki rumah, Kak Shea dan Kak Jane menghampiriku penuh amarah.

"Semua terjadi semenjak kelahiranmu Narisha!" bentak Kak Shea padaku

"Semenjak kamu lahir, ada saja masalah. Dari awal kamu lahir, saat itu Ibu dan Ayah hampir bercerai." Lanjut Kak Jane

"Cukup! Jane, Shea!" teriak Ibu. Aku masih tidak mengerti apa maksud Kak Shea dan Kak Jane.

Ibu dan Ayah ribut, saling membentak di depan para anak gadisnya. Sampai Ayah mengucapkan hal yang tak pernah ku sangka.

"Tidak usah membela anak haram itu bu." Bentak Ayah

"Tarik ucapan Ayah sekarang!" sambil menunjuk Ayah dengan mata yang berkaca-kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun