Mohon tunggu...
Putri Permata
Putri Permata Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Jangan pernah merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karna siapa mereka tapi siapa kita?

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Yakin Mau Menyerah?

15 Februari 2021   10:46 Diperbarui: 15 Februari 2021   11:05 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba Aldi angkat bicara dan memberi pengakuan, bahwa ia melihat Widya yang memasukkan kertas itu ke selipan kertas pembungkus penghapus. Aldi melihat semuanya dan mencoba membantu menjelaskan kepada Bu Leni dengan menyamakan tulisan yang ada dalam lembar jawabanku dan pada kertas contekan itu. Namun Widya mencoba membela diri dengan mengatakan bahwa tidak mungkin seorang pencontek handal akan menyamakan tulisannya, sama saja bunuh diri. Perkataan Widya tadi sontak membuat Bu Leni kembali percaya pada pernyataan Widya. Bahkan Widya menuduh bahwa Aldi melakukan semua itu karena Aldi naksir sama aku, padahal kan Aldi berbicara soal fakta.

Inilah dunia, dimana kebenaran terlihat samar. Setelah perdebatan itu terjadi, akhirnya Bu Leni murka dan memutuskan untuk meninggalkan kelas. Yang paling parah adalah seluruh siswa dianggap tidak lulus bab ini.  Seketika suasana kelas menjadi ricuh, banyak yang menyalahkanku. Aku dan Aldi mencoba untuk menjelaskan semuanya, sayangnya saksi mata satu-satunya adalah Aldi.  Disaat semua orang tidak ada yang mempercayaiku aku harap Reina percaya padaku.

***

Di kamar aku merenung setelah mempelajari konsep Fisika kelas 12. Aku berharap esok pagi adalah hari yang baik, dan aku bisa memenangkan seleksi ini. Saat aku sedang menyiapkan barang yang akan aku bawa besok pagi, terdengar suara ketukan pintu yang bermakna  amarah. Lalu 

Ayah masuk dan langsung memarahiku. Kemarahan Ayah dilandaskan karena Ayah mendapatkan pesan dari Walikelas ku, mengenai contek mencontek saat ulangan fisika kemarin. 

Ayah marah besar, dan mengucapkan hal hal yang tidak ingin aku dengar saat ini. Esok pagi aku akan mengikuti seleksi, jadi aku tidak ingin hal apapun yang menghalangi ku untuk fokus terhadap olimpiade ini. 

Aku mencoba untuk tidak memikirkan omongan Ayah tadi yang membuatku gagal fokus. Ingin sekali ku membela diri dan menjelaskan kebenarannya kepada Ayah dan Ibu, tapi pasti Ayah mengeluarkan kata-kata yang bisa membuat hati ini tersayat. Akupun memutuskan untuk beristirahat agar besok bisa lebih fresh.

Hari ini sudah tiba, hari dimana seleksi itu akan dilaksanakan. Aku menyiapkan segala hal dan mengecek barang bawaan ku. Setelah itu aku bergegas pergi ke sekolah dengan berpamitan kepada Ibu dan Ayah. Semoga hari ini aku diberi kelancaran dalam mengisi soal.

Reina sudah menungguku di depan kelas, dengan raut wajah yang gelisah.

Aneh sekali, tumben Rere menunggu ku di depan kelas. Dan mengapa raut wajah nya seakan gelisah. Batinku

"Na.. anu.." kata Reina terbata-bata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun