1)Peran Politik Muhammadiyah
 Dalam usaha untuk menjelaskan peranan politik Muhammadiyah sepanjang sejarah bukanlah sesuatu yang mudah mengingat telah banyak hal yang diperbuat oleh gerakan ini berkaitan dengan permasalahan politik, baik sebelum kemerdekaan, awal kemerdekaan, pada masa Orba hingga orde reformasi belakangan ini. Peran politik Muhammadiyah sebagaimana yang selalu dijanjikan oleh para pemimpinnya berada pada ranah politik tinggi, yaitu hanya politik yang bermoral dan beretika, mentransformasikan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan bernegara. Dalam konteks ini, Muhammadiyah selalu dekat dengan partai-partai tertentu, baik secara historis maupun politik.Â
Proses rotasi atau peremajaan elit Muhammadiyah berdampak signifikan terhadap respon organisasi terhadap kehidupan politik nasional pada masa kepemimpinan KH. Mas Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo memahami peran Muhammadiyah dalam bidang kekuasaan negara yang cukup signifikan, selain untuk sementara membentuk bangsa sebagai dasar negara, dibantu oleh kemampuan tokoh-tokoh tersebut untuk memainkan peran politik.
 Ketika organisasi ini distrukturkan ke dalam Partai Masyumi yang menjadi kekuatan politik Islam yang penting pada masa Orde Baru, Muhammadiyah dianggap sebagai organisasi awal yang paling loyal terhadap munculnya Masyumi hingga partai tersebut dibubarkan atau dibubarkan. Berbagai sikap dan pandangan Muhammadiyah akhir-akhir ini cenderung ke arah pandangan politik sebagaimana berkembang pada pertemuan Tanwiri Muhammadiyah bulan Januari 2002 di Bali.
2)Peran Politik NU
 Nahdlatul Sejak berdirinya, Nahdlatul Ulama (NU) telah menjadi wadah perjuangan melawan segala bentuk penjajahan dan kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajah Belanda dan Jepang, sekaligus aktif melakukan kegiatan dakwahnya setiap saat. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dilatar belakangi lahirnya organisasi massa terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama (NU), NU terlihat memainkan peran utamanya dalam mempertahankan keutuhan NKRI dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Setidaknya ada tiga alasan utama lahirnya Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926, pertama motif agama. Kedua, motif membela Ahlu al-Sunnah wa'l-Jama'ah dan ketiga, motif nasionalisme. Motif nasionalisme muncul karena NU didirikan dengan niat kuat untuk mempersatukan ulama dan tokoh agama melawan penjajahan. Semangat nasionalisme juga terlihat pada nama Nahdlatul Ulama yaitu "Kebangkitan Ulama". NU dipimpin oleh Hadhratus Syekh KH. Hasyim Asy'ari sangat nasionalis.Â
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, pemuda di berbagai daerah membentuk organisasi daerah seperti Jong Cilebes, Pemuda Betawi, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, dll, namun Kiai NU justru membentuk organisasi pemuda yang bersifat nasionalis. . Pada tahun 1924, para pemuda dari pesantren Islam mendirikan Shubban al-Wan (Pemuda Tanah Air). Organisasi kepemudaan tersebut kemudian menjadi Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO), salah satu pimpinannya adalah Kiai Muhammad Yusuf Hasyim.
3)Sarekat Islam di Bidang Politik
Sarekat Islam dapat dikatakan sebagai organisasi politik pertama yang menggunakan cara-cara modern, dalam hal ini diplomasi, dan secara kolaboratif mengkampanyekan kemerdekaan Indonesia.Â
Sarekat Islam menggunakan banyak cara untuk memperjuangkan nasib bangsa pribumi Indonesia. Dimulai dengan perjuangan melalui gerakan buruh dan partai, hingga bergabung dengan serikat pekerja nasional dan internasional untuk memperkuat posisi Sarekat Islam. Sarekat Islam menangani semua masalah ini dengan tujuan memperbaiki nasib masyarakat adat. Latar belakang berdirinya Sarekat Islam adalah melemahnya ekonomi masyarakat akibat monopoli bisnis oleh Belanda dan Tionghoa.Â