Â
Peran dan Posisi Islam Pra Kemerdekaan, Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia
Disusun Oleh:
Oumi Nuraida (222101010036)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Â
BAB II
PEMBAHASAN
1.Eksistensi Islam Pra Kemerdekaan
 Dari segi sejarah dan sosiologis, kedatangan dan perkembangan Islam di Indonesia sangat rumit dan banyak permasalahannya, terutama menyangkut sejarah perkembangan Islam. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pendapat baru bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi. Namun satu hal yang pasti, hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa Islam pertama kali datang ke Indonesia dari Aceh. Kedatangan Islam di Indonesia berlangsung damai, yang dapat dilihat melalui perdagangan, dakwah, perkawinan, kajian tasawuf dan tarekat, kesenian dan pendidikan, semuanya mendukung pesatnya masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia.Â
Sebelum kemerdekaan Indonesia, Islam telah menjadi agama mayoritas di Wilayah Nusantara (sekarang bernama Indonesia) selama berabad-abad, Islam pertama kali masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke 7 melalui perdagangan dengan pedagang Arab dan Gujarat. Namun, Islam baru menjadi agama dominan pada abad ke 16 setelah kedatangan bangsa Portugis, Spanyol dan Belanda. Sejak abad ke 16 Islam telah berkembang pesat di Nusantara. Pada abad ke 18, sebagian besar wilayah Nusantara dikausi oleh dinasti-dinasti Islam seperti Kesultanan Aceh, Kesultanan Demak, Kesultanan Banten dan kesultanan Mataram. Pada saat yang bersamaan beberapa wilayah di Jawa dan Sumatra juga dikuasai oleh dinasti Hindu-Buddha seperti kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya.
 Pada akhir abad ke 19, wilayah Nusantara menjadi bagian dari Hindia Belanda. Pemerintahan Hindia Belanda secara resmi mengakui Islam sebagai salah satu agama di Nusantara dan memberikan kebebasan beragama bagi masyarakat Muslim, Tetapi, pemerintahan kolonial juga melakukan upaya untuk mengubah dan mengontrol ajaran Islam yang dianggap mengancam kekuasaannya. Dibawah pemerintahan kolonial Belanda, muncullah gerakan Islam modern seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) yang berusaha memperbaiki dan memodernisasi ajaran Islam di Indonesia.
Keduanya di dirikan pada awal ke 20 dan berperan penting dalam membentuk identitas Islam di Indonesia. Secara keseluruhan, sebelum kemerdekaan Islam telah menjadi agama yang menjadi mayoritas dan memiliki peran penting dalam sejarah dan budaya Indonesia. meskipun pemerintahan Kolonial Belanda berusaha mengontrol ajaran Islam, gerakan Islam modern telah tumbuh dan berkembang di Indonesia dan berperan penting dalam membentuk Nusantara. Pembahasan perkembangan Islam sebelum kemerdekaan tidak lepas dari kajian peran Belanda, Inggris, dan Jepang yang juga sangat mempengaruhi perkembangan Islam.Â
Islam Indonesia merupakan bagian integral dari budaya Indonesia, karena mayoritas penduduk Indonesia menganut Islam. Pentingnya begitu dekat antara Islam dan Indonesia sebagai wilayah regional menyebabkan lebih dari tiga abad penjajahan Belanda dan Jepang, di mana upaya de-Islamisasi mereka gagal, sehingga iman Islam dimusnahkan oleh umat Islam
 Islam adalah agama yang membuka hati manusia dan mengatur hubungan antarmanusia, dapat mengisi kekosongan di hati, memberikan harapan yang cerah, dan mengantarkan manusia menuju kehidupan yang bahagia di akhirat. Ketika Belanda tiba di Nusantara (1596), mereka mulai bermasalah dengan komunitas Muslim. Penjajahan Belanda menghadapi perlawanan terus menerus dari komunitas atau pemeluk agama Islam, seperti Pertempuran Kota Banten, Hasanuddin Makassar, Perang Diponegoro, Perang Padri, Perang Aceh, dll. Daerah yang pertama tama di kunjungi oleh penyebaran Islam adalah sebagai berikut:
1)Pesissir Utara dari pulau Sumatra, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudra Pasai, Aceh Utara
2)Pesisir utara pulau Jawa kemudian meluas hingga ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit, tidak melalui penjajahan dan perang melainkan melalui perdamaian. Di sisi lain, Barat datang ke Nusantara menerapkan kebijakan kolonisasi dan partisi, dengan tujuan menguasai perdagangan internal, ekonomi, dan sumber daya alam Nusantara. Ada fase-fase tahapan "masa" yang dilalui gerakan Islam sebelum kemerdekaan yaitu:
a)Pada Masa Kesultanan
 Daerah yang sebagian besar tidak terpengaruh oleh budaya Hindu-Buddha adalah Aceh, sedangkan daerah yang sedikit dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha adalah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat, dan Banten di Jawa. Karena Islam memiliki pengaruh besar pada kehidupan keagamaan, sosial dan politik para pengikutnya, Islam muncul dalam bentuknya yang paling murni di bidang ini. Islam berakar kuat di kerajaan hingga Indonesia merdeka.Â
Salah satu buktinya adalah banyaknya nama-nama dan peninggalan Islami dengan nilai-nilai Islami. Pertumbuhan komunitas muslim Indonesia dimulai di beberapa pelabuhan penting di Sumatera, Jawa, dan pulau-pulau lainnya. Pertumbuhan komunitas muslim Indonesia dimulai di beberapa pelabuhan penting di Sumatera, Jawa, dan pulau-pulau lainnya.Â
Hal ini karena Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui para pedagang. Negara Islam pertama juga ditemukan di daerah pesisir seperti Samudra Pasai, Aceh, Demak, Banten dan Cirebon, Ternate dan Tidore. Dari sana, kemudian Islam menyebar di sekitar. Ibukota kerajaan itu tidak hanya menjadi pusat politik dan perdagangan, tetapi juga tempat pertemuan para ulama dan misionaris Islam. Ibnu Batutah mengatakan bahwa Sultan Malik al-Zahir dan Sultan Malik al-Zahir dari kerajaan Samudra Pasai dikelilingi oleh para ulama dan mubaligh, dan raja sangat gemar membicarakan masalah agama. Di Aceh ulama diangkat oleh raja-raja sebagai penasehat dan pejabat dalam bidang agama, tidak hanya di Aceh tetapi juga di kerajaan-kerajaan Islam lainnya.
Ulama memiliki peran yang sangat penting sebagai pendukung agama dan terkait dengan pendidikan.. Ada dua cara yang dilakukan ulama terkait dengan bidang Pendidikan:
1.Membentuk kelompok ulama untuk melayani sebagai pendeta di wilayah yang lebih luas. Metode ini digunakan oleh lembaga pendidikan Islam yang dikenal dengan pesantren atau langgar di Jawa, daya di Aceh dan surau di Minangkabau. Mata pelajaran utama adalah Ushul Fiqh, Fiqh dan Arabiyah.Â
Situasi pelatihan seperti ini terus berlanjut dan terus berkembang hingga saat ini. Pimpinan Pergerakan Nasional menyadari bahwa pelaksanaan diklat tersebut harus diubah dan diklat nasional harus dimasukkan dalam diklat mereka. Dengan demikian, sekolah swasta muncul sebagai hasil rintisan kemerdekaan, awalnya dibentuk berdasarkan kebijakan seperti taman siswa, ksatria, sekolah, dll, yang sesuai dengan Islam atau dengan pola Islam.
 Islam Pada masa awalnya, Islam Jawa dibentuk oleh budaya Jawa dan membuat banyak kelonggaran terhadap sistem kepercayaan Hindu dan Buddha. Ini membuat Islamisasi lebih mudah,atau setidaknya tidak terlalu sulit. Para patron khususnya Wali Songo sangat mempengaruhi perkembangan Islam di pulau Jawa. Raja Kertawijaya, penguasa terakhir kerajaan Mojo Pahit, setelah mendengar penjelasan Sunan Ampel dan Sunan Giri, tidak melarang rakyatnya untuk memeluk agama Islam asalkan dilakukan dengan sadar, dengan iman dan tanpa paksaan atau kekerasan.
b)Pada Masa Penjajahan
 Pedagang Barat datang ke Indonesia yang karakternya sangat berbeda dengan pedagang Muslim Arab, Persia, dan India. Banyak pedagang barat beragama Kristen dan melakukannya dengan kekerasan, terutama dengan teknologi senjata yang lebih baik daripada orang Indonesia. Tujuan mereka adalah menaklukan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir kepulauan Indonesia. Mula-mula mereka menjalin hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah lalu mereka ingin memonopoli perdagangan.
 Saat itu, kekuatan kolonial tidak berani mencampuri urusan Islam karena mereka tidak mengenal ajaran Islam maupun bahasa Arab dan tidak mengenal sistem sosial Islam. Pada tahun 1808, pemerintah Belanda mengeluarkan instruksi kepada pemerintah agar urusan agama tidak terganggu dan para pemimpin agama diizinkan untuk memutuskan masalah perkawinan dan warisan.Â
Pada tahun 1867 campur tangan mereka terhadap instruksi penguasa dan wedana (pembantu penguasa) untuk mengontrol ulama dan tidak melanggar instruksi gubernur jenderal menjadi lebih terlihat. Kemudian, pada tahun 1882, mereka mengatur pengadilan agama hanya mengurusi perkawinan, waris, perwalian dan perwakafan.Â
Apalagi setelah datangnya Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia, karena ia mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di negara Arab, Jawa dan Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang dikenal dengan politik Islamnya. Dengan politik itu, ia membagi masalah Islam dalam tiga kategori:
1)Ibadah
Pemerintah kolonial memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk menjalankan agamanya selama tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.
2)Ranah sosial
Hukum Islam hanya dapat ditegakkan jika tidak bertentangan dengan kebiasaan
3)Bidang politik
Umat Islam dilarang untuk membahas hukum Islam, baik Al-Qur'an maupun As-Sunnah, yang menggambarkan politik dan administrasi negara.
2.Peran Politik dan Pendidikan Islam di Indonesia
A.Peran Politik Islam Di Indonesia
 Islam sebagai agama yang dianut oleh penduduk mayoritas di negeri ini, mengingat masyarakat Indonesia dengan komunitas elitnya telah banyak mewarnai perkembangan kehidupan kebangsaan baik dalam hubungannya dengan umatnya maupun dengan dinamika politik yang secara terus-menerus mengalami perkembangan hingga memperlihatkan tanda-tanda muncul sebuah sistem demokrasi yang lebih demokratis yang menghargai hak-hak setiap warga masyarakat atau dengan perkataan lain akan terjadi peralihan kekuasaan dari kekuasaan minoritas secara teologis selama beberapa dasawarsa dengan meminggirkan peran-peran politik Islam kepada pemerintahan mayoritas secara teologis, karena hal ini merupakan bentuk konkret dari pemerintahan seluruh bangsa terhadap konsep demokratis.
Dalam menjelaskan kaitannya politik dan Islam yang terjadi selama lebih dari setengah abad negara ini merdeka telah banyak mewarnai kehidupan bangsa, seperti hadirnya kekuatan Islam yang secara konsisten menghendaki Islam diterima sebagai sebuah ideologi yang mengatur kehidupan kebangsaan di satu sisi, pada satu sisi mengharapkan Islam sebagai sumber inspirasi yang tidak harus dihadirkan secara simbolik pada kehidupan politik.Â
Awal kemerdekaan hubungan antara Islam dan negara berada dalam suatu hubungan yang saling mengisi, artinya sumbangan normatif Islam terhadap konsepsi hukum negara dapat diakomodasikan menjadi sebuah aturan yang mengikat dan mengatur kehidupan kebangsaan, pada masa pemerintahan orba Islam menjadi sandaran moral bagi praktik politik kenegaraan, sementara pada orde reformasi Islam ditampilkan oleh elit dalam beragama.
 Sebuah kekuatan politik Islam awal yang merdeka, Partai Islam Indonesia yang dikenal dengan nama Masyumi, dibentuk pada Konferensi Islam Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 7-8 November 1945 di gedung Madrasah Mualimi Muhammadiya Yogyakarta. Di seluruh Aceh, terdapat delapan unsur organisasi pendukung Masyumi yaitu NU, Muhammadiyah, Ikatan Islam, Ikatan Umat Islam, Al-Irsyad, Mayatul Wasriya, Al-Ittihadiyah dan Ikatan Ulama.Â
Dengan begitu, Masyumi berhasil mempersatukan umat Islam Indonesia dan organisasinya dalam sebuah forum juang. Konvensi tersebut menyepakati bahwa Mashmi adalah satu-satunya partai politik Islam yang memperjuangkan nasib politik umat Islam Indonesia. Keputusan itu mengakhiri keberadaan partai-partai Islam lainnya . Kongres tersebut mengakomodasikan segala bentuk artikulasi umat Islam baik yang berpaham fundamentalis maupun yang moderat kritis terhadap fenomena keberagamaan terutama dialektika Islam dengan kelompok nasionalis sekuler yang menentang piagam Jakarta.Â
Hasil Kongres tersebut tidaklah berjalan dengan mulus, karena terbukti pada tahun 1952 NU keluar dari Masyumi dan menjadi partai politik sendiri, pada saat Pemilu 1955 Masyumi dan NU keluar sebagai partai Islam yang mendapat suara signifikan dan termasuk kedalam 4 partai politik kemenag pemilu selain PNI dan PKI. Berbagai alasan dari NU bahwasanya mereka di Masyumi hanya sebagai majelis Syuro yang tidak memiliki peran penting dalam berbagai kebijakan partai dan tidak memberikan tempat yang layak bagi kalangan ulama, perubahan struktur tersebut bersumber dari kalangan Muhammadiyah sendiri.
1)Peran Politik Muhammadiyah
 Dalam usaha untuk menjelaskan peranan politik Muhammadiyah sepanjang sejarah bukanlah sesuatu yang mudah mengingat telah banyak hal yang diperbuat oleh gerakan ini berkaitan dengan permasalahan politik, baik sebelum kemerdekaan, awal kemerdekaan, pada masa Orba hingga orde reformasi belakangan ini. Peran politik Muhammadiyah sebagaimana yang selalu dijanjikan oleh para pemimpinnya berada pada ranah politik tinggi, yaitu hanya politik yang bermoral dan beretika, mentransformasikan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan bernegara. Dalam konteks ini, Muhammadiyah selalu dekat dengan partai-partai tertentu, baik secara historis maupun politik.Â
Proses rotasi atau peremajaan elit Muhammadiyah berdampak signifikan terhadap respon organisasi terhadap kehidupan politik nasional pada masa kepemimpinan KH. Mas Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo memahami peran Muhammadiyah dalam bidang kekuasaan negara yang cukup signifikan, selain untuk sementara membentuk bangsa sebagai dasar negara, dibantu oleh kemampuan tokoh-tokoh tersebut untuk memainkan peran politik.
 Ketika organisasi ini distrukturkan ke dalam Partai Masyumi yang menjadi kekuatan politik Islam yang penting pada masa Orde Baru, Muhammadiyah dianggap sebagai organisasi awal yang paling loyal terhadap munculnya Masyumi hingga partai tersebut dibubarkan atau dibubarkan. Berbagai sikap dan pandangan Muhammadiyah akhir-akhir ini cenderung ke arah pandangan politik sebagaimana berkembang pada pertemuan Tanwiri Muhammadiyah bulan Januari 2002 di Bali.
2)Peran Politik NU
 Nahdlatul Sejak berdirinya, Nahdlatul Ulama (NU) telah menjadi wadah perjuangan melawan segala bentuk penjajahan dan kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajah Belanda dan Jepang, sekaligus aktif melakukan kegiatan dakwahnya setiap saat. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dilatar belakangi lahirnya organisasi massa terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama (NU), NU terlihat memainkan peran utamanya dalam mempertahankan keutuhan NKRI dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Setidaknya ada tiga alasan utama lahirnya Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926, pertama motif agama. Kedua, motif membela Ahlu al-Sunnah wa'l-Jama'ah dan ketiga, motif nasionalisme. Motif nasionalisme muncul karena NU didirikan dengan niat kuat untuk mempersatukan ulama dan tokoh agama melawan penjajahan. Semangat nasionalisme juga terlihat pada nama Nahdlatul Ulama yaitu "Kebangkitan Ulama". NU dipimpin oleh Hadhratus Syekh KH. Hasyim Asy'ari sangat nasionalis.Â
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, pemuda di berbagai daerah membentuk organisasi daerah seperti Jong Cilebes, Pemuda Betawi, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, dll, namun Kiai NU justru membentuk organisasi pemuda yang bersifat nasionalis. . Pada tahun 1924, para pemuda dari pesantren Islam mendirikan Shubban al-Wan (Pemuda Tanah Air). Organisasi kepemudaan tersebut kemudian menjadi Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO), salah satu pimpinannya adalah Kiai Muhammad Yusuf Hasyim.
3)Sarekat Islam di Bidang Politik
Sarekat Islam dapat dikatakan sebagai organisasi politik pertama yang menggunakan cara-cara modern, dalam hal ini diplomasi, dan secara kolaboratif mengkampanyekan kemerdekaan Indonesia.Â
Sarekat Islam menggunakan banyak cara untuk memperjuangkan nasib bangsa pribumi Indonesia. Dimulai dengan perjuangan melalui gerakan buruh dan partai, hingga bergabung dengan serikat pekerja nasional dan internasional untuk memperkuat posisi Sarekat Islam. Sarekat Islam menangani semua masalah ini dengan tujuan memperbaiki nasib masyarakat adat. Latar belakang berdirinya Sarekat Islam adalah melemahnya ekonomi masyarakat akibat monopoli bisnis oleh Belanda dan Tionghoa.Â
Dominasi orang Tionghoa dalam industri kelelawar Lawean mendorong Haji Samanhoed untuk memprakarsai berdirinya Sarekat Dagang Islam dengan tujuan membantu para pedagang muslim setempat untuk bersaing dengan orang Tionghoa. Selain itu, pembagian kelas sosial yang diperkenalkan oleh pemerintah Belanda yang menempatkan Bumiputera pada tingkat paling bawah menyebabkan penduduk pribumi sering diperlakukan seenaknya oleh bangsa asing, terutama bangsa Tionghoa. Inilah alasan lain berdirinya Sarekat Dagang Islam.
Dari berdirinya Sarekat Dagang Islam sampai namanya berubah menjadi Sarekat Islam, organisasi ini merupakan organisasi sosial ekonomi. Sarekat Islam pada mulanya merupakan organisasi yang tidak berpolitik. Hal ini ditegaskan pada Kongres Sarekat Islam di Solo tahun 1913 yang menyatakan bahwa organisasi ini bukanlah organisasi politik. Namun, arah gerakan Sarekat Islam sedikit banyak telah berubah sejak amandemen konstitusi tahun 1912.Â
Perubahan undang-undang mendorong berkembangnya gagasan tentang kesejahteraan rakyat dan berkembangnya konsepsi pemerintahan nasional. Berdasarkan nilai-nilai Islam, Sarekat Islam bercita-cita memperjuangkan nasib umat. Seiring dengan pergantian kepemimpinan Sarekat Islam dari Haji Samanhoed menjadi Cokroaminoto pada tahun 1912, gerakan politik Sarekat Islam semakin diterangkan. Karakter politik Sarekat Islam tersaji dalam "Deklarasi Dasar" dan program kerja Kongres Nasional Sarekat Islam tahun 1917.Â
Pernyataan pokok ini menyatakan bahwa Sarekat Islam berkeyakinan bahwa Islam menyampaikan ide-ide kesetaraan manusia dengan memberikan kepercayaan penuh kepada pemerintah. kekuasaan. Sarekat Islam juga meyakini bahwa Islam adalah agama yang mengandung akhlak mulia yang dapat mencerdaskan masyarakat pribumi.
 Peran politik Islam di Indonesia sangat signifikan, mengingat bahwasanya Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya yang memeluk agama Islam. Gerakann politik Islam di Indonesia telah ada sejak masa kolonial Belanda, tetapi semakin berkembang setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945. Ada beberapa partai politik di Indonesia, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pengembangan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), yang mewakili suara politik Islam dalam pemerintahan.Â
Partai-partai ini mempunyai peran penting dalam membentuk kebijakan dan legislasi, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan moralitas dan agama. Selain itu, organisasi-organisasi Islam juga berperan penting dalam politik Indonesia.Â
Organisasi-organisasi seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki jaringan yang sangat luas dan pengaruh yang besar di kalangan masyarakat muslim di Indonesia. Mereka juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan politik, seperti pengajian, bantuan kemanusiaan dan kampanye politik. Namun, peran politik Islam di Indonesia juga kontroversial dan menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Beberapa pihak mengkritik politik Islam karena dianggap terlalu konservatif dan eksklusif, sementara yang lain memandang sebagai bagian penting dari identitas nasional Indonesia.
 Secara keseluruhan, peran politik Islam di Indonesia sangat kompleks dan bervariasi. Namun, dengan jumlah penduduk Muslim yang besar dan pengaruh organisasi Islam yang kuat politik Islam akan terus memainkan peran penting dalam kehidupan politik Indonesia di masa depan. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam, politik Islam memiliki peran penting dalam kehidupan politik di Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh peranan politik Islam di Indonesia:
a)Partai politik
Terdapat beberapa partai politik di Indonesia yang berbasis ideologi politik Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN)
b)Aktivism
Gerakan aktivis Islam juga memiliki peran penting dalam politik Indonesia. Beberapa organisasi seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Front Pembela Islam (FPI) telah menjadi kekuatan politik yang signifikan dalam membentuk opini opini publik dan mempengaruhi kebijakan politik
c)Legislatif
Sejumlah anggota parlemen di Indonesia berasal dari partai politik Islam, dan mereka memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan dan hukum di Indonesia
d)Pemerintahan
Pemerintahan di Indonesia juga memiliki pejabat-pejabat yang berasal dari partai politik Islam, termasuk di antaranya presiden dan wakil presiden dan wakil presiden Indonesia yang saat ini menjabat yaitu Joko Widodo dan KH. Ma'ruf Amin
e)Pendidikan
Pendidikan Islam juga memiliki peran penting dalam politik Indonesia. Beberapa lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren dan madrasah menjadi tempat berkembangnya ideologi politik Islam dan melahirkan para aktivis Islam yang memegang peranan penting dalam politik Indonesia
 Meskipun politik Islam memainkan peran penting dalam kehidupan politik di Indonesia, namun harus dicatat bahwa tidak semua partai politik dan organisasi Islam moderat yang ingin mempromosikan kebebasan beragama dan pluralisme, sementara yang lain cenderung lebih konservatif dan ingin mendorong penerapan syariat Islam secara ketat
B.Peran Pendidikan Islam Di Indonesia
 Pendidikan Islam sangat penting bagi umat Muslim karena memungkinkan mereka untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan lainnya. Lembaga pendidikan Islam adalah tempat di mana proses pendidikan Islam dan pembudayaan terjadi. Proses ini dimulai di lingkungan keluarga, di mana rumah adalah lembaga pendidikan pertama. Orang tua bertugas sebagai tenaga pendidik dan anak sebagai peserta didik, sehingga orang tua harus memberikan contoh yang baik kepada anak-anak mereka.Â
Lembaga pendidikan Islam (formal, informal, maupun non formal) adalah tempat untuk mentransfer ilmu agama, ilmu pengetahuan, dan budaya. Pendidikan Islam membentuk manusia yang seutuhnya, mengembangkan manusia secara maksimal, baik jasmani maupun rohani, serta mengedepankan hubungan yang harmonis antara setiap individu dengan Allah, manusia dan alam semesta. Secara filosofis, pendidikan Islam adalah upaya untuk menginternalisasi iman, Islam dan nilai-nilai Islam dalam diri manusia, menanamkan nilai-nilai tersebut secara kokoh dalam pikiran dan tindakan mereka, serta membentuk karakter dan budaya yang saleh.Â
Secara sosiologis, pendidikan Islam berpijak pada tuntunan Al-Qur'an dan Hadits yang sesuai dengan Islam, sebagai masyarakat beradab yang menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme, universalisme, pluralisme, multikulturalisme, egalitarianisme dan ekologi. upaya untuk mendidik siswa Kearifan lokal dan kearifan sosial
 Lembaga pendidikan Islam berperan penting dalam membentuk norma-norma sosial. Baik secara teologis maupun sosiologis, agama dipandang sebagai alat untuk memahami dunia. Secara teologis, hal ini berarti bahwa agama melalui simbol dan nilai yang dikandungnya ada di mana-mana, mempengaruhi bahkan membentuk struktur dan kebijakan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dengan karakteristik tersebut, agama diharapkan dapat memberikan tuntunan nilai bagi seluruh aktivitas manusia dimanapun ia berada, dan dapat menjadi faktor penentu dalam proses transformasi dan modernisasi.Â
Dalam penjelasan sosiologis, pendidikan Islam merupakan lembaga yang selalu berinteraksi dengan lembaga sosial lainnya. Pendidikan Islam merespon secara berbeda ketika berhadapan dengan nilai-nilai sosial lain di luar dirinya. Nilai-nilai tersebut antara lain, misalnya modernisasi, perubahan pola kehidupan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri ke pasca industri, dan dominasi ekonomi kapitalis yang dalam beberapa hal membentuk cara berpikir kapitalis dan konsumen meningkat. Masyarakat dan dominasi ekonomi kapitalis yang dalam beberapa hal membentuk pola pikir masyarakat yang kapitalistik dan konsumtif.
 Sistem pendidikan Islam resmi terdiri dari beberapa tingkatan, dimulai dari madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah, hingga ke perguruan tinggi seperti UIN. Di sisi lain, lembaga pendidikan Islam non-formal tidak memiliki tingkatan yang tetap dan terstruktur, seperti majlis ta'lim, taman pendidikan Alquran, dan sejenisnya. Peran lembaga pendidikan Islam dalam membangun kearifan lokal dan sosial dapat dijelaskan seperti berikut:
1.Peranan Lembaga Pendidikan Islam Formal
 Muhammad Fadil dan Tri Supriyanth mengatakan pendidikan Islam meliputi pembinaan perilaku sosial dan politik untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Islam mengajarkan untuk selalu berlaku adil kepada orang lain, memberi kasih sayang dan selalu mendahulukan dan mendahulukan orang lain. Islam juga mengajarkan kita untuk saling membantu, setia kepada teman kita, mencintai negara kita, bersikap sopan dan tidak sombong..
Menurut David Poponoe sebagaimana disepakati oleh Fadil, fungsi pendidikan ada empat, yaitu:
a.Transmisi kebudayaan masyarakat, yaitu penerus nilai-nilai kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya
b.Menolong individu memilih dan melakukan peranan sosialnya
c.Menjamin integrasi sosial, yaitu Integrasi sosial adalah penyesuaian antara unsur-unsur yang berbeda terutama dalam kehidupan sosial sehingga dapat menghasilkan pola kehidupan yang nyaman bagi masyarakat. Contoh Integrasi Sosial Masyarakat Indonesia adalah: Tidak mengutamakan ego dan kepentingannya. Bersilahturahmi. Beribadah
d.Sumber inovasi sosial
 Lembaga pendidikan Islam formal terdiri dari pondok pesantren, madrasah, dan sekolah Islam terpadu. Dalam mengembangkan kesadaran sosial, institusi pendidikan Islam memiliki peran penting dalam merekonstruksi masyarakat dan mengendalikan perubahan yang terjadi pada masyarakat. Pendidikan Islam diharapkan dapat membentuk individu yang mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan sosial. Institusi pendidikan Islam resmi merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bergaul dengan baik, baik dengan sesama siswa, guru, maupun karyawan, dan tempat di mana mereka belajar untuk patuh pada peraturan sekolah.
 Melihat hakikat pendidikan pesantren dan madrasah mencoba mengintegrasikan antara agama dan ilmu pengetahuan maka sekurang-kurangnya madrasah telah memainkan peranannya sebagai berikut:
a.Media Sosialisasi Nilai-Nilai Ajaran Agama
 Lembaga pendidikan yang bercirikan religi, madrasah lebih efektif berfungsi sebagai wahana penanaman nilai-nilai religi kepada peserta didik karena sifat dan bentuk pendidikannya menanamkan nilai-nilai religi sejak dini. Karena sifat religius yang melekat pada organisasinya, madrasah memiliki mandat yang lebih kuat dan lebih besar untuk memenuhi peran ini. Madrasah sebagai sistem sekolah kini dapat melakukan kegiatan keagamaan secara besar-besaran atau massif
b.Pemelihara Tradisi Keagamaan (maintenance of Islamic tradition)
 Sebagai lembaga pendidikan yang berkarakter religius, melestarikan tradisi keagamaan merupakan salah satu tugas utama madrasah dan pesantren. Pemeliharaan tradisi keagamaan ini tidak hanya dilakukan secara formal dengan mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti Alquran, Hadits, Aqidah, Fikh, Arab, dan sejarah kebudayaan Islam, tetapi juga pengajaran dan pengamalan hukum agama sejak kecil. dilakukan secara informal dengan membiasakan diri. (Pembentukan kebiasaan dalam Islam). Seperti salat, puasa lainnya, menjenguk teman yang sakit atau musibah, dan menyapa teman saat bertamu dll
c.Membentuk Akhlak dan Kepribadian
 Peran budaya madrasah dan pesantren masih diakui hingga saat ini oleh banyak pihak. Sistem pesantren masih dianggap sebagai satu-satunya lembaga yang mampu melahirkan ulama masa depan (reproduksi ulama). Dari sistem pendidikan Islam ini, masih banyak ulama dan pemimpin bangsa yang menjadi panutan bagi masyarakat dan bangsa. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan menekankan pendidikan etika dan moral yang tinggi. Tujuan pembinaan pesantren atau madrasah bukan hanya untuk memperkaya pikiran santri dengan ilmu pengetahuan, melainkan untuk membangkitkan moral, menumbuhkan semangat, menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan. dan mengajarkan sikap dan perilaku. Pelajari moral dan etika serta persiapkan siswa untuk hidup dengan hati yang sederhana dan murni.
d.Banteng Moralitas Bangsa
 Pesatnya kemajuan pembangunan nasional selama tiga dasawarsa terakhir telah memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup masyarakat Indonesia, terutama pada naik turunnya tingkat kekayaan materi. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia telah meningkatkan kualitas hidup masyarakat.Â
Orang sekarang dapat membeli makanan, pakaian, dan tempat tinggal dengan relatif mudah. Namun di sisi lain, perkembangan ekonomi ini juga membawa masalah baru, seperti melebarnya jurang antara kaya dan miskin, meningkatnya tindak kriminal seperti pembunuhan brutal dan perampokan, serta meningkatnya kenakalan remaja. Berkembangnya pergaulan bebas dan pelacuran, merosotnya kesadaran sosial di masyarakat. Keadaan ini menyebabkan masyarakat mulai melirik kembali lembaga pendidikan Islam seperti madrasah dan pondok pesantren.
 Selama satu dekade terakhir, sebagian besar keluarga kelas menengah di Indonesia cenderung menyekolahkan siswanya ke madrasah dan pesantren. Kecenderungan ini membuktikan bahwa madrasah dan pesantren dipandang sebagai benteng yang kuat melawan keruntuhan moralitas masyarakat. Pendidikan berkaitan dengan pengembangan dan perubahan perilaku siswa. Pendidikan berkaitan dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan, dan aspek perilaku lainnya.
Pendidikan juga merupakan proses belajar dan mengajar pola tingkah laku manusia sesuai dengan harapan masyarakat. Hasbullah menjelaskan, peran lembaga pendidikan adalah mendidik, memperbaiki, dan menyempurnakan perilaku peserta didik yang dibawa dari keluarga. Pendidikan juga merupakan interaksi antar siswa.
2.Peranan Lembaga Pendidikan Islam Non Formal
 Pendidikan non formal merujuk pada bentuk pendidikan yang terjadi di luar lingkup institusi formal. Masyarakat memegang peranan penting dalam mendukung pendidikan siswa. Lingkungan sosial juga berpengaruh pada individu. Lembaga pendidikan nonformal merupakan lembaga pendidikan yang diatur secara independen tanpa mengikuti peraturan resmi.Â
Masyarakat terdiri dari kelompok dan individu yang terikat oleh kesamaan agama, budaya, bangsa, dan cita-cita yang diwujudkan melalui sistem kekuasaan tertentu. Dalam Islam, manusia tidak terlepas dari tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, dan harus mematuhi norma-norma yang telah ditetapkan. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab tersebut, didirikan lembaga pendidikan Islam dengan berbagai bentuk dan model, seperti:
1)Mesjid, mushalla, surau
2)Madrasah diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi
3)Masjid Ta'lim, taman pendidikan seni alquran, wirid remaja/dewasa
4)Kursus-kursus keislaman
5)Badan pembinaan rohani
6)Musabaqah tilawah quran
 Pendidikan Islam di masyarakat mengembangkan sistem sosial yang berlandaskan gotong royong, gotong royong, mengutamakan musyawarah dan mufakat dalam pemecahan masalah, bermusyawarah dengan baik, bersilaturahmi, dan kerelaan untuk mengedepankan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai kebaikan. Kami menghargai toleransi, menghormati keragaman dalam segala bentuknya, dan melindungi nilai-nilai kemanusiaan.
 Ringkasnya, pendidikan Islam sebagai wahana atau wahana penambahan nilai moral dan ajaran agama, membentuk kepribadian muslim seutuhnya dan memaksimalkan potensi manusia baik jasmani maupun rohani, juga dimaksudkan untuk mengembangkan dan menyelaraskan seluruh umat manusia dengan Allah SWT. manusia dan seluruh alam, dengan cara keharmonisan antara setiap manusia dan budaya, dan berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai standar hidup yang sempurna (manusia).
Lembaga-lembaga Islam, baik formal maupun informal, memainkan peran penting dalam konstruksi dan pengembangan kearifan lokal dan sosial. Pendidikan Islam senantiasa memiliki aspek keimanan dan syariah yang mengedepankan kehidupan, kelahiran kembali dan keseimbangan, serta menghargai manusia sebagai individu yang memiliki hak dan martabat manusia serta terbuka bagi semua peradaban.
3.Posisi Islam pada Masa Revolusi di Indonesia
 Perjuangan untuk memerdekakan Indonesia dari tahun 1945 sampai 1949 dikenal dengan Revolusi Indonesia. Bekas wilayah Hindia Belanda itu dijajah Jepang saat Perang Dunia II. Tak lama setelah Jepang menyerah, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Deklarasi ini ditolak oleh Belanda (dan beberapa sekutunya), yang kembali dan berusaha menduduki kembali Nusantara dengan pasukannya. Revolusi Islam di Indonesia adalah revolusi ganda.
Pertama, mengingat Perang Kemerdekaan, kaum santri yang melawan Belanda memahaminya sebagai perjuangan untuk tujuan Islam dan mengaturnya dengan gaya Islam. Sejarah Revolusi Indonesia sarat dengan penggambaran perang revolusi sebagai perang nasionalis. Dalam semangat religius ini, hampir separuh penduduknya, Muslim yang taat, ikut serta dalam perang. Perang salib Ulama dan Kiai meyakinkan mereka bahwa mereka melakukan perang salib melawan kaum kafir kolonial.Â
Tokoh-tokoh nasional mengesampingkan unsur-unsur Islam dalam menyusun akta pendirian Indonesia, tetapi juga mengesampingkan unsur-unsur Islam "Studi tentang perang anti-penjajah negeri berpenduduk Muslim terbanyak di dunia ini menunjukkan bagaimana Islam berfungsi sebagai ideologi revolusi pada era modern, "Kaum muslim yang taat percaya bahwasanya perang kemerdekaan adalah perang suci, setiap korban yang meninggal pada saat perang kemerdekaan adalah syuhada, dan bentuk supranatural Islam melindungi mereka dan membantu mereka menang.Â
Keyakinan semacam itu sangat meresahkan elit politik sehingga mereka akhirnya menyatakan perang suci dan memperingatkan agar tidak mengejek kekuatan supernatural ini sebagai takhayul yang tidak Islami. Padahal visi populer tentang Islam ini terus menyebar di kalangan massa, rakyat jelata bahkan masyarakat komunitas
 Berakar secara lokal dan seringkali toleran terhadap kemampuan radikal dan supranatural, ideologi revolusioner ini bertolak belakang dengan pemikiran Islam yang tumbuh di tingkat elit. Polisi Independen Islam setuju dengan pendapat akar rumput bahwa kemerdekaan dari Belanda adalah kewajiban agama. Namun, para elit Muslim yang taat ingin membuktikan bahwa Islam adalah agama rasional yang dapat menjadi fondasi negara-negara maju di dunia modern.Â
Mereka menciptakan mekanisme yang dapat diputuskan dan didukung oleh negara. Mereka berusaha untuk mengabadikan hukum Islam dalam konstitusi sebagai fitur inti dari Islam. Saifulkan Angel berusia 16 tahun ketika Belanda kembali ke Kalimantan Selatan untuk merebut kembali wilayah jajahannya pada tahun 1946. Dalam menghadapi revolusi, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah dan bergabung dengan organisasi milisi lokal untuk melawan penjajah dan pasukannya.Â
Kunci keterlibatannya dengan Lasker adalah dorongan dari seorang pria bernama H. Mahuni, seorang pemuka agama setempat di pedesaan kota Marabahan. Karakter keras kepala ini mendorong pria Muslim untuk bergabung melawan Belanda, membuat mereka percaya bahwa ini adalah perang suci. Siapapun yang mati di pihak Indonesia dalam perang menjadi syahid, dan syahid tersebut akan mendapat pahala dari Allah di akhirat. "Bagi umat Islam, mereka dipandang sebagai martir yang membebaskan imannya dan membebaskan kita untuk menjalankan [Islam]," kata Saifulkan Anggay.
Dari seruan-seruan perang umum sampai ke banjir fatwa yang menggambarkan revolusi Indonesia adalah perang suci, kaum muslim mendengar bahwasanya kewajiban berjuang itu melekat pada orang-orang beriman dan yang gugur akan menjadi syuhada . Satu penjelasan yang mendalam tentang pendekatan Islami pada perang itu ditulis oleh M. Arsad tholib lubis, seruan-seruan Islam untuk beraksi menunjukkan retorika yang menjustifikasi perang sebagai revolusi Islam.
 Sebagai tanggapan atas seruan-seruan itu, kaum Muslim mengorganisasikan diri untuk berpartisipasi dalam revolusi terutama dengan menggunakan saluran-saluran Islam yaitu laskar islam dan juga organisasi-organisasi Islam yang berkontribusi di bawah kepemimpinan para ulama. Lasykar yang paling terkenal ialah Sabililah dan Hizbullah, yang terasosiasi dengan partai politik Islam Masyumi dan mereka memiliki bekal peralatan yang lebih baik daripada skesatuan-kesatuan militer resmi di provinsinya.Â
Masuknya organisasi-organisasia massa Islam dalam memobilisasi partisipasi revolusi juga meyakinkan banyak anggota organisasi-organisasi tersebut bahwa perjuangan itu merupakan perjuangan Islam. Meskipun organisasi-organisasi massa Islam di Indonesia, ini tidak berarti bahwa semua partisipasi Muslim dalam revolusi sejalan atau selaras dengan ide-ide modern Islam tekstual. NU dan Muhammadiyah memandang perang melawan Belanda sebagai jihad.Â
Menurut NU, berjuang di jalan Allah tidak dapat dipisahkan dari Republik Baru, dan kemerdekaan dikaitkan dengan Islam. Sentimen ini bergema pada 28 Januari 1946, di sebuah surat kabar yang dekat dengan Partai Masyumi Islam, Harian Al Jihad, di mana pemimpin Hizbullah Tentara Islam saat itu, Wandhamiseno, menyatakan, "Kemerdekaan negara dan rakyat kita adalah yang berdasarkan Islam."
A.Gerakan atau barisan Islam pada Masa Revolusi fisik
1)Laskar Hisbuloh dan Sabilillah
 Jika menoleh kebelakang ke masa dua bulan pergolakan revolusi Indonesia pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kita akan menyadari, ternyata Negeri yang baru lahir ini tidak memiliki tentara. Kita baru memiliki tentara setelah pemerintahan meresmikan laskar-laskar menjadi Barisan Keamanan Rakyat (BKR). yaitu pada tanggal 05 Oktober 1945 . Dengan ini para pemuda mengisi kekosongan tanpa tentara dengan membentuk organisasi-organisasi pergerakan dan perjuangan untuk membela Tanah Air Perjuangan ini dikenal dengan sebutan "Laskar".
Pada mulanya Laskar ini tidak dilatih, tidak disiplin dan juga tidak memiliki pemimpin yang berpengalaman, sehingga seringkali berselisih paham dengan pemerintahan Soekarno dan juga tidak menerima perintah dari pemimpin Nasional, namun taat dan patuh dengan perintah Kiyai-kiyai. Walaupun Hizbulloh ini di bentuk pada saat Penjajahan Jepang namun Laskar ini merupakan salah satu pergerakan terkuat yang mana diantaranya saat itu adalah Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), Barisan Benteng dan Barisan Pelopor dan yang terakhir adalah LaskarHizbulloh (Santri) dan Sabilillah (Kiai/Ulmaa)
2)Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPPI)
 Pada tanggal 20 Oktober 1945, para pemuda menghadiri pertemuan. Diantaranya yang ikut dalam pertemuan itu adalah Mahasiswa dari Sekolah Tinggi Islam dan para pemuda Islam Jakarta serta para pemuda Islam saat itu Dalam pertemuan itu kemudian menghasilkan kesepakatan untuk membuat suatu Gerakan atau organisasi Islam yang disebut dengan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Organisasi ini banyak memberikan konribusi dalam mengusir penjajahan dan mempertahankan Tanah Air dari penjajah, hal ini adalah Belanda dan Sekutu. Pendudukan kembali saat Indonesia mulai eksistensi sentral pemerintahan Republik Indonesia, meskipun demikian bangsa Indonesia tidak gentar dalam menghadapi itu, resistensi terhadap belanda dan sekutu dilakukan dengan semangat.
Khususnya perjuangan para pemuda Islam melalui wadah GPII yang berpusat dibalai Muslimin ialah sebagai salah satu wujud nyata dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru mereka. Untuk lebih memperkuat barisan Umat Islam, Gerakan Pemuda Islam Indonesia ini merasa butuh barisan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa Revolusi fisik. sehingga Kemudian GPI ini merapatkan Barisan dengan Laskar Hizbullah serta Sabilillah yang terjadi di Malang di Markas Tertinggi Sabilillah dan Hizbulloh pada tanggal 26 Oktober 1946.
3)Perjuangan Gerakan Pemuda Islam pada masa Revolusi
 Seperti yang telah dijelaskan Revolusi terjadi karena datangnya tentara Inggris di Ibu Kota Jakarta dan langsung memasuki kota-kota besar lainnya sementara pemerintahan Indonesia sibuk menata birokrasi negara baru, mendorong terbentuknya partai-partai politik, dan mempersiapkan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada 10 Oktober 1945 belanda dan sekutunya telah menduduki Medan dan terjadi pertempuran pada tanggal 13 Desember 1945 hal ini dilakukan oleh Tentara Keamanan. Rakyat. Pertempuran ini merupak pertempuran pertama yang dilakukan oleh pemuda di Medan dalam menghadapi Belanda dan sekutu, kemudian hal ini menjalar keseluruh kota medan. Dalam pertempuran ini dinamakan Pertempuran Medan Area.Â
Bandung pun juga di kuasai saat itu, setelah melalui pertempuran sengit. Kemudian pada15 Oktober semarang terjadi pertempuran yang disebut pertempuran lima hari semarang, kemudian pada tanggal 19 Oktober semarang pun telah dikuasai. Sedangkan kota-kota besar bagian Timur menjadi jatah tentara Australia . Pada bulan September 1945 orang-orang Ingris mendarat di Surabaya dengan kapal perang Inggris Cumberland, awalnya disambut baik, namun ketika tahu dibelakangnya ada Belanda segera disambut bentrok fisik oleh arek-arek surabaya. Kemudian pada tanggal 19 September terjadi lagi dengan Insiden Bendera, dimana pihak Belanda mengibarkan benderanya diatas Hotel Yamato (sekarang Hotel Mahapahit) hal itupun menjadi tidak terimanya Rakyat Indonesia karena Belanda.
 Melihat situasi itu Bung Tomo menghadap salah satu Kiyai terkemuka di Jawa Timur, sekaligus Rais Akbar organisasi NU, yakni Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari alias Mbah Hasyim yang berdomisil di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Dalam menghadapnya. Bung Tomo bertanya kepada Mbah Hasyim. "Apakah hukumnya membela Tanah Air, bukan membela Alloh, Islam atau Al-Qur'an, sekali lagi membela tanah air?" . Mbah Hasyim langsung memanggil Kiyai Wahab Chasbulloh, Kiyai Syamsuri dan para Kiyai Jawa dan Madura atau utusan cabang NU-nya untuk berkupul disurabaya.Â
Tepamya di kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO) dijalan Bubutan. Namun pada tanggal 21 Oktober para Kiyai baru dapat berkumpul semua.Lalu Mbah Hasyim meminta Kiyai menunggu para kiyai lainnya yang didatangkan dari Jawa Barat seperti Kiyai Abbas Buntet. Kiai Suja'I Indramayu. Setelah berumpul semua langsung diadakannya rapat darurat yang dipimpin langsung oleh KH Wahab Chasbulloh kemudian pada tanggal 23 Oktober 1945 Mbah Hasyim atas nama Pengurus NU mendeklarasikan sebuah seruan Jihad Fisabilillah yang lebih terkenal dengan Resolusi Jihad.
Pernyataan yang diputuskan setelah rapat konsul NU se-Jawa itu berbunyi :
a)Kemerdekaan Indonesia yang dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 harus dipertahankan.
b)Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintah yang sah, harus dijaga dengan memperhitungkan pengorbanan harta dan jiwa.
c)Musuh-musuh Republik Indonesia, terutama Belanda yang kembali dengan bantuan tentara sekutu (Amerika-Inggris), berpotensi untuk memanfaatkan situasi politik dan militer untuk menjajah Indonesia kembali, terutama dalam hal tawanan perang bangsa Jepang.
d)Umat Islam, khususnya warga NU, harus bersiap untuk melawan Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali.
e)Kewajiban ini dianggap sebagai "jihad" dan menjadi tanggung jawab setiap orang Muslim (fardhu ain) yang berada dalam jarak 94 km dari tempat di mana mereka dapat melakukan shalat berjamaah dan qashar. Sementara untuk mereka yang berada di luar jarak tersebut, kewajiban mereka adalah membantu saudara-saudara mereka yang berada dalam jarak 94 km tersebut!
 Serdadu Inggris dan Belanda pun tidak main-main sehingga pada tanggal 10 Nopember tentara Inggris melancarkan serangannya, dengan mengerahkan 30.000 Serdadu serta. 50 Pesawat, dan sejumlah besar kapal perang. berbagai bagaian kota surabaya dihujani bom, dan ditembaki secara membabi buta dengan meriam dari laut maupun darat. Pihak Inggris dan Belanda mengira bahwa perlawanan Rakyat Indonesia bisa ditaklukan dalam waktu 3 hari saja.Â
Namun diluar dugaan, ternyata para tokoh yang terdiri dari kalangan Ulama serta Kiai-kiai pondok Jawa seperti KH Hasyim Asy'ari, KH.Wahab Chasbulloh serta kiai kiai pesantren laninya untuk mengerahkan Santri-santrinya yang tergabung dalam Laskar Hisbulloh, Sabilillah maupun yang tidak bergabung serta masyarakat umum juga ada Bung Tomo sebagai Pelopor sehingga pertempuran ini berlangsung lama . Peristiwa pertempuran ini memakan banyak korban. Dengan banyaknya yang gugur dalam pertempuran ini sehingga hari itu dikenang sebagai hari pahlawan 10 Nopember 1945.
4.Peran Islam Dalam Kemerdekaan Indonesia
 Perang kemerdekaan terasa seperti revolusi Islam bagi kaum Muslim di medan tempur, karena mereka percaya bahwa mereka sedang berperang untuk tujuan agama dan berpartisipasi dalam perang dengan cara yang Islami. Dimulai dari melihat intruksi-intruksi eksplisit dari para pemimpin Islam untuk berpartisipasi dalam perang karena diskursusu ini meberikan isyarat yang paling jelas tentang dukungan kaum muslim atas revolusi.Â
Dari seruan-seruan perang umum sampai ke banjir fatwa yang menggambarkan revolusi Indonesia adalah perang suci, kaum muslim mendengar bahwasanya kewajiban berjuang itu melekat pada orang-orang beriman dan yang gugur akan menjadi syuhada . Satu penjelasan yang mendalam tentang pendekatan Islami pada perang itu ditulis oleh M. Arsad tholib lubis, seruan-seruan Islam untuk beraksi menunjukkan retorika yang menjustifikasi perang sebagai revolusi Islam.
 Saat Indonesia menyatakan kemerdekaannya, berbagai kelompok bergabung untuk membentuk negara yang merdeka dan berdaulat. Kondisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang sulit dan keras menyebabkan munculnya gerakan Islam di Nusantara sebagai upaya untuk melawan penjajahan baik oleh Belanda maupun Jepang. Ulama atau Kiai memainkan peran penting dalam membangkitkan kesadaran nasional bangsa Indonesia. Mereka bertindak sebagai katalisator, menggalang massa dalam perjuangan melawan pemerintah kolonial. Ajaran Islam yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan. Semangat Islam terus ditanamkan dan dijaga, karena:
1.Jihat fi Sabilillah, telah memperkuat semangat rakyat untuk berjuang melawan penjajah.
2.Izin berperang dari Allah SWT. (QS. Al Hajj : 39) "Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, sesungguhnya mereka itu dijajah/ditindas, maka Allah akan membela mereka"
3.Kalimat yang dapat menggerakkan rakyat, yaitu takbir Allahu Akbar, selalu berkumandang dalam era perjuangan umat Islam di Indonesia.
4.Cinta tanah air sebagian dari Iman, menjadikan semangat Patriotik bagi umat Islam dalam melawan penjajahan.
 Pada kesimpulannya Akhirnya dr. Mr Dowwes Decker mengatakan, "Jika Indonesia tidak memiliki semangat Islam, kebangsaan sejati akan hilang dari Indonesia sejak lama." Ini memiliki peran yang sangat penting dan layak untuk dimainkan dan tidak akan pernah bisa dilakukan. Diabaikan dalam pertempuran di Indonesia. Umat Islam Indonesia memiliki peran penting dalam dinamika perjuangan kemerdekaan. Perjuangan ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.Perjuangan Kerajaan-Kerajaan Islam melawan Kolonial
 Dimulai sejak kedatangan bangsa Barat dengan menggunakan kekuatan militer, kerajaan-kerajaan Islam di wilayah Nusantara berjuang melawan penjajahan. Beberapa contohnya adalah perlawanan Malaka terhadap serangan Portugis pada tahun 1511, Ternate di Maluku yang berhasil mengusir Portugis hingga ke Timor Timur, perlawanan Makasar terhadap Belanda, Banten melawan serangan Belanda, serta Mataram Islam yang melawan pusat kekuasaan Belanda di Batavia pada tahun 1628-1629.Â
Meskipun Belanda berusaha mengadu domba dan memecah belah kerajaan-kerajaan tersebut, semangat rakyat untuk melawan penjajahan tidak pernah surut. Oleh karena itu, perjuangan melawan penjajahan terus dilanjutkan oleh rakyat yang dipimpin oleh para Ulama. Meskipun Belanda berhasil menguasai satu persatu kerajaan, semangat perjuangan rakyat untuk merdeka tetap berkobar.
2.Perjuangan Rakyat Dipimpin oleh Para Ulama
 Setelah kekuasaan asing berhasil menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia, kaum muslimin dan para ulama tidak menyerah untuk melawan penjajahan. Era gerakan sosial pun menyebar merata ke seluruh penjuru tanah air, dan para ulama. seperti elit agama Islam, memimpin rakyat melawan penindasan tirani asing. Setelah munculnya perlawanan rakyat di Aceh yang dipimpin oleh Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien, Sumatera Barat menghadapi Perang Paderi yang dipimpin oleh Imam Bojol, gerakan perlawanan KH.
 Gerakan Hasan dari Luwu dan R. Gunawan dari Muara Tembesi Jambi, Gerakan 3. Hajidi Dena Lombok, Gerakan KH. Wasit dari Cilegon, Perlawanan KH. Jenal Ngarib dari kudus, Perlawanan Kyai Dermojoyo dari Nganjuk, dan juga perlawanan Pangeran Diponegoro dan masih banyak lagi.
 Dalam pertempuran tersebut, pihak Belanda benar-benar terguncang kekuasaannya. Ada tiga bukti yang menunjukkan hal ini: Aceh, Sumatera Barat, dan Java Oorlog (Dipanegoro) telah mengorbankan 8000 tentara Belanda yang tewas. Oleh karena itu, mereka mencari cara lain untuk mempertahankan jajahan mereka, yakni dengan mengubah politik kolonialnya melalui pendekatan "Politik Kemakmuran" untuk memenangkan simpati rakyat. Namun, pada kenyataannya, politik ini dijalankan melalui perang ideologi dan kebudayaan, terutama untuk memecah dan melemahkan potensi umat Islam Indonesia yang dianggap sebagai musuh utama pemerintah kolonial
a)Perjuangan NU Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan
 Perjuangan Perjuangan yang dipimpin oleh Nahdratul Ulama (NU) dalam upaya yang dahsyat untuk memobilisasi Ulama, mahasiswa dan pendukungnya untuk bangkit melawan pemerintah asing yang dianggap kafir adalah bukti sejarah yang tidak dapat disangkal. . Padahal, mengingat dengan perhitungan yang wajar, rakyat Indonesia pada waktu itu adalah rakyat miskin yang serba kekurangan akibat kekejaman kolonialisme dan masih kesulitan menghidupi diri sendiri, maka kemerdekaan negara Indonesia tidak akan pernah terwujud.Â
Angkatan bersenjata dan milisi kita kekurangan pasokan dibandingkan dengan senjata penjajah Belanda, termasuk para ulama NU, yang berusaha mengubah gerakan-gerakan sunnah dari amalan-amalan salat dan wasiat (asma, hizb, dikur, sharawat, dll.) menjadi gerakan mekanis atau organik. kekuatan besar untuk berperang melawan penjajah, dan dengan saran yang kuat ini perjuangan para ulama dapat mengarah pada kemerdekaan, dengan rahmat Tuhan. Hampir Seluruh Anggota NU Berjihad Untuk Mengusir Kolonialisme Indonesia
3.Pergerakan Nasional di Indonesia
 Sebelum era pergerakan nasional datang, para penjajah bereksperimen dengan politik kemakmuran dan timbal balik. Kebijakan etis berasal dari Van Deventer, kebijakan asosiasi dengan Ch. Snouck Hurgronje dan kebijakan anti-Islamisasi dengan Christian Snouck Hurgronje. Kelihatannya kebijakan itu humanistik untuk kesejahteraan rakyat, tetapi basisnya masih kolonialisme, maka tetap eksploitatif dan menindas rakyat. Inisiatif anti-Islam khususnya sangat berbahaya bagi umat Islam karena:
a.Memecah umat Islam menjadi dua kelompok yaitu Abangan dan Putihan
b.Mengadu Ulama dengan Pemimpin Adat
c.Meningkatkan jumlah sekolah untuk mendidik anak-anak umat Islam agar terhindar dari fanatisme agama Islamnya
d.Menekan semua gerakan politik yang berbasis pada Islam
e.Memberikan akses masjid dan subsidi haji gratis untuk meredakan gerakan Islam..
 Akibat dari politik kolonial di atas, maka perjuangan melawan kolonial menjadi terpecah. Perjuangan melawan kolonialisme dibagi oleh kebijakan kolonial tersebut. Menurut tesis Endang Syaifuddin Anshari, MA. Perjuangan di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu nasionalis Islam dan nasionalis sekuler. Keadaan ini masih tercermin dalam dinamika politik kita.
5.Posisi Islam Indonesia pada Masa Pasca kemerdekaan
 Sejarah kehidupan Islam di Indonesia diakui sebagai kekuatan budaya, namun menurut versi Islam, Islam dihalangi untuk membentuk bangsa Indonesia. Perkembangan Selanjutnya Di Era Orde Lama, Islam mendapat tempat yang jelas dalam konfigurasi paradoks, khususnya dalam dunia politik. Pada saat yang sama, di masa Orde Baru, Islam hanya akan diakui sebagai landasan moral bagi pembangunan bangsa Indonesia. Padahal, diskriminasi terhadap Islam ini bermula ketika wajah Indonesia (ideologi) dimaknai sebagai berbagai gerakan dan konflik Islam anti-pemerintah yang muncul karena kekecewaan terhadap pembentukan negara Pancasila sebagai negara Indonesia.
1)Gerakan DI/TII di Indonesia (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia)
 Dituduh oleh berbagai pihak karena sakit hati di kalangan Islam dan secara spontan, Negara Islam Indonesia (NII) muncul ketika Republik Indonesia berkuasa sejak 1926. , para sarjana Arab dari seluruh dunia berkumpul, termasuk H.S. Tjokroaminoto, untuk membahas rekonstruksi kekhalifahan Islam yang runtuh pada tahun 1924. Sayangnya, pendapat para ulama tersebut sia-sia dan tidak bisa dipertahankan. Karena itu, lahirlah gerakan bernama Darul Islam.Â
Darul Islam secara harfiah berasal dari bahasa Arab dan Islam, yang berarti tanah air atau keluarga Islam, dunia atau wilayah Islam. Di Indonesia, istilah "Darul Islam" digunakan untuk menggambarkan gerakan setelah tahun 1945 yang mencoba memaksakan cita-cita negara Islam secara paksa.
 Gerakan Islam kekerasan ini terjadi di sebagian wilayah Indonesia antara lain Jawa Barat tahun 1949 sampai tahun 1962, Jawa Tengah tahun 1965, Sulawesi berakhir tahun 1965, Kalimantan berakhir tahun 1963 dan Aceh tahun 1953 yang berakhir pada penyelesaian tahun 1957. Tentara Republik menentang keras karena dianggap tidak patuh dan tunduk kepada pemerintah dan memimpin pemberontakan di mana-mana termasuk gerakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh Sekarmaji Kartosuiryo dan pemberontakan di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fattah di Selatan. Pemberontakan Sulawesi. Kahar Muzakkar, pemberontakan Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hdjar dan pemberontakan Aceh yang dipimpin oleh Daud Bureuh
2)Pergumulan Islam, Sosialisme, Nasionalisme dan Komunisme
 Setelah Indonesia merdeka, timbul perselisihan mengenai perbedaan dan persaingan dalam mencapai kemerdekaan. Sejumlah perselisihan yang terjadi ini diantaranya adalah:
a.Pertentangan diantara partai-partai (1950-1955)
 Beberapa anggota Masyum yang dipimpin oleh Wondoami Seno dan Aruzi Kartawinata terimbas perselisihan antar pihak yang bersumber dari ketidakpuasan dan kesalahpahaman. Mereka keluar dari partai tersebut dan membentuk Partai Persatuan Islam Indonesia (PSSI) lama untuk duduk di pemerintahan. Partai Masyumi yang merupakan agama sosialis dengan golongan konservatif meninggalkan Masyumi Nahdlatul Ulama (NU) seperti partai pada April 1952 yang pada dasarnya memperebutkan posisi Menteri Agama dalam kabinet. Pada tahun 1955, PKI mencapai kesepakatan. dengan PSII untuk melawan persepsi publik bahwa PKI anti agama
b.Pertentangan Ideologi
 Konflik ideologis ini berujung pada terbentuknya dua blok, yaitu antara Pancasila dan Islam mengenai rumusan pendirian negara. Jika kita melihat keadaan Islam pada masa itu masih sangat buruk karena persatuannya sangat terpecah sehingga upaya membangun negara Islam sebagai tujuan utama membatasi gejolak politik yang tidak dapat dipadamkan lagi oleh tokoh-tokoh Islam. Meski berbeda pendapat, mereka membentuk front bersama-sama dengan partai-partai anti Islam untuk mencapai tujuan utama Negara Islam.
c.Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Pasca Kemerdekaan
 Pada masa kemerdekaan Indonesia, konsep pendidikan Islam dibentuk dengan pendekatan dualistik. Pertama, sistem pendidikan sekuler umum tidak mengajarkan agama yang dianut oleh pemerintah kolonial Belanda. Kedua, pengajaran agama tumbuh dan berkembang di kalangan umat Islam, baik dalam model tradisional terisolasi maupun holistik dengan pendekatan pendidikan yang berbeda. Kedua sistem pendidikan ini dianggap berseberangan dan sering tumbuh terpisah satu sama lain.Â
Pendidikan dan sistem pendidikan pertama awalnya populer dan diikuti oleh lapisan masyarakat tertentu, terutama kalangan atas. Sementara itu, pendidikan dan sistem pendidikan Islam tumbuh dan berkembang secara mandiri dalam masyarakat dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang masyarakat.
 Sistem pengajaran Islam yang sedang berjalan dan berkembang sebagai bentuk dan persyaratan pelaksanaan hukum Islam, diberi kesempatan dan jaminan untuk terus berkembang serta mendapat perhatian dan dukungan dari Pemerintah. Sesuai dengan ajaran Islam, pendidikan merupakan bagian esensial dari tujuan manusia untuk berbakti (beribadah) dan takwa kepada Tuhan dan harus dilaksanakan dengan sepenuh kesadaran tugas atau tanggung jawab. Pendidikan di Indonesia sejak zaman penjajahan (zaman kemerdekaan) dibagi menjadi dua yaitu:
a)Sebagai Lembaga
Pendidikan Islam sebagai lembaga tumbuh dan berkembang pesat pada masa kemerdekaan, antara lain pesantren, pondok pesantren, madrasah, dan universitas. Pesantren yang telah tumbuh selama ratusan tahun di era kemerdekaan memiliki ruang untuk berkembang. Namun, sekolah ini juga terbagi menjadi dua bagian, negeri dan swasta. Sekolah swasta ini juga terbagi menjadi sekolah Islam dan non-Muslim. Kemudian, madrasah diperkenalkan pada tahun 1975 melalui Keputusan Menteri No. 3 berlangsung hingga tahun 1990. Dokumen SK 3 Menteri Agama Mendik Bud dan Menteri Dalam Negeri, isinya sekolah madrasah setara dengan sekolah, dan bisa dikatakan madrasah adalah sekolah yang bercirikan Islam.
b)Pendidikan Islam sebagai Mata Pelajaran
Pengajaran Islam formal telah tertanam di sekolah-sekolah sejak tahun 1946, ketika pengajaran agama dimulai di sekolah umum. Setelah pemerintah memperhatikan pendidikan agama Islam, pengaruh gagasan reformasi yang berkembang di dunia Islam dan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia menunjukkan bahwa mata pelajaran umum secara bertahap diintegrasikan ke dalam kurikulum madrasah.Â
Buku-buku pelajaran agama, seperti halnya buku-buku informasi umum yang digunakan di sekolah-sekolah umum, mulai diselenggarakan secara khusus di tingkat madrasah. Kemudian muncullah madrasah yang tergabung dalam sistem berjenjang berupa sekolah modern seperti SD untuk SD, Madrasah Tsanawiyah untuk SMP dll.
BAB III
A. Kesimpulan
 Membicarakan perkembangan Islam sebelum kemerdekaan tidak lepas dari mengkaji peran Belanda, Inggris, dan Jepang yang juga banyak mempengaruhi perkembangan Islam. Islam Indonesia merupakan bagian integral dari budaya Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia menganut Islam. Hubungan yang begitu dekat antara Islam dan Indonesia sebagai wilayah regional berarti bahwa lebih dari tiga abad penjajahan Belanda dan Jepang gagal dalam upaya de-Islamisasi ketika iman Islam dicabut dari umat Islam.Â
Kekuatan politik Islam awal kemerdekaan Masyumi didirikan pada tanggal 7-8 November 1945 dalam Kongres Islam Indonesia di gedung Madrasah Mu'alimi Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam kongres tersebut disepakati bahwa Masyumi adalah satu-satunya partai Islam. Meski Masyumi yang memperjuangkan nasib politik umat Islam Indonesia, keputusan ini tidak mengakui keberadaan partai politik Islam lainnya.
 Peran politik Islam di Indonesia sangat signifikan, mengingat bahwasanya Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya yang memeluk agama Islam. Gerakann politik Islam di Indonesia telah ada sejak masa kolonial Belanda, tetapi semakin berkembang setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945. Ada beberapa partai politik di Indonesia, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pengembangan (PPP), Partai Bulan Bintang (PBB), yang mewakili suara politik Islam dalam pemerintahan. Partai-partai ini mempunyai peran penting dalam membentuk kebijakan dan legislasi, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan moralitas dan agama.Â
Selain itu, organisasi-organisasi Islam juga berperan penting dalam politik Indonesia. Organisasi-organisasi seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki jaringan yang sangat luas dan pengaruh yang besar di kalangan masyarakat muslim di Indonesia.Â
Mereka juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan politik, seperti pengajian, bantuan kemanusiaan dan kampanye politik. Namun, peran politik Islam di Indonesia juga kontroversial dan menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Beberapa pihak mengkritik politik Islam karena dianggap terlalu konservatif dan eksklusif, sementara yang lain memandang sebagai bagian penting dari identitas nasional Indonesia
 Kesimpulannya Pendidikan Islam adalah sebuah media atau untuk menambahkan nilai-nilai moral dan ajaran agama, juga bertujuan membina keharmonisan setiap pribadi dengan Allah SWT, manusia dan alam, dengan mengembangkan keharmonisan setiap pribadi dengan budaya dan berusaha meningkatkan sumber daya manusia agar mencapai taraf hidup yang sempurna (manusia yang baik) . Perjuangan para pemuda Islam melalui wadah GPII yang berpusat dibalai Muslimin ialah sebagai salah satu wujud nyata dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru mereka.Â
Untuk lebih memperkuat barisan Umat Islam, Gerakan Pemuda Islam Indonesia ini merasa butuh barisan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa Revolusi fisik. sehingga Kemudian GPI ini merapatkan Barisan dengan Laskar Hizbullah serta Sabilillah yang terjadi di Malang di Markas Tertinggi Sabilillah dan Hizbulloh pada tanggal 26 Oktober 1946
 Ketika Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, terdiri dari berbagai komunitas yang bergabung untuk membentuk negara yang merdeka dan berdaulat. Kondisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya politik kolonial yang semakin parah dan semakin parah menyebabkan kebangkitan Islam di Nusantara sebagai upaya untuk memerangi segala bentuk penjajahan baik dari Belanda maupun Jepang. Ulama atau Kiai adalah tokoh yang berperan meningkatkan kesadaran kebangsaan bangsa Indonesia.Â
Ulama atau kiai bertindak sebagai katalis, memobilisasi massa untuk melawan kolonial. Ajaran Islam yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia memberikan kontribusi besar membentuk generasi yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Tsabit Azhinar. 2014. Sarekat Islam dan Gerakan Kiri di Semarang 1917-1920. Sejarah dan Budaya Tahun kedelapan No 2 Desember (2014).
Aisyah, Siti. 2015. Dinamika Umat Islam pada masa Kolonial Belanda (Tinjauan Historis). Jurnal Rihlah Volume 11 No 1 (2015).
Ajuba, Taufik. 2018. Politik Keagamaan Kolonial : Diskontiniunitas dan Kontiniunitas di Indonesia. Farabi : Jurnal Pemikiran Konstruktif bidang Filsafat dan Dakwah Volume 18 No 2 Desember (2018)
Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta:Logos
Budiarjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011
Burhanuddin, Jajat, Ulama dan Kekuasan: Pergumulan Elit Muslim dalam Sejarah Indonesia, Bandung:Mizan 2012
Dwi Hardiyanto, "Hisbulloh: Laskar Pejuang yang di Buang". Majalah Islam Sahili
Edisi khusus (Juli 2004).
Garda Maeswara, Sejarah Revolusi Indonesia 1945-1950 Perjuangan Bersenjata & Diplomasi untuk Mempertahankan Kemerdekaan Narasi: 2010. Yogyakarta.
Kasid, Aminuddin, Pengantar Ilmu Sejarah, Semarang:UNESS Press, 2015
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010
Saleh, Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta Raja Grafindo Persada, 2005
Yunus, Mahmud. 1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung
Zudi Setiawan, "Pemikiran dan Kebijakan Nahdlatul Ulama dalam Menjaga Kedaulatan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada Era Reformasi (1998-2009)", Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional, Spektrum, Vol. 7, No. 1, Januari 2010.
Zuhri, Syaifuddin, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, Bandung: Al-Ma'arif, 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H