"Beliau bilang, dia mengetahuinya dari ayahmu. Ayahmu datang menemuinya tadi siang."
"Apa? Ayah datang menemui count Antonio?"
"Bagaimana ayahmu bisa sampai mengetahui hubungan kita, Nivea?"
"Ah, itu ya..?! Sebenarnya, ayahku belum mengetahui dengan pasti tentang hubungan yang kita jalani sekarang. Hanya saja... itu salahku, Matias!"
"Salahmu? Bagaimana maksudmu?"
"Petang itu, sebelum aku mengajakmu bertemu di taman Edelweis... Aku sempat berdebat dengan ayah. Beliau memarahiku karena mencukur rambut, lalu aku mengatakan bahwa aku tidak akan pernah menikahi pangeran. Karena... karena... aku mengatakan pada ayah bahwa aku mencintaimu."
Sesaat lelaki itu melongo tak percaya.
"Kau mengatakannya dengan sadar, Nivea? Atau saat itu kau sedang dikuasai oleh amarah? Sehingga bicaramu tidak karuan."
"Aku sadar Matias! Aku mengatakannya dengan sadar. Hanya saja... aku tidak tahu bagaimana penerimaan ayah terhadap ucapanku. Apakah ayah berpikir bahwa kita sedang menjalaninya bersama atau tidak. Aku tidak tahu, Matias."
"Hmm.. Maafkan aku Nivea."
"Untuk apa?"