"Kau yang menyimpan salinan itu?"
"Ya! Tadinya... dua hari yang lalu, sepulang dari perkebunan aku berniat menemuimu disini. Tapi, di perjalanan kepalaku terasa sangat sakit dan.. aku tak bisa mengendalikannya, sehingga aku memutuskan pulang ke rumah."
"Kalau begitu, semua bukti sudah ada padamu Matias."
"Tepat, Rodrigues."
"Baiklah! Kalau begitu, besok kita pergi ke istana. Aku pastikan akan membawa tuan Keith."
Dalam perjalanan pulang, Matias dilanda dilema.
Kasus yang hendak diungkapnya esok hari bukanlah perkara enteng, melibatkan seorang anggota keluarga kerajaan. Meski mungkin banyak pihak yang diuntungkan jika kasus itu terungkap, tapi.. tentunya juga banyak pihak yang akan tercoreng reputasinya. Matias ingin dapat meyakinkan dirinya sendiri untuk siap menerima, jika kelak dirinya dicaci dan dimusuhi oleh semua pihak yang merasa dirugikan.
"Selamat malam, tuan Matias. Count Antonio menunggu Anda di ruang kerjanya." bibi Puff menyambut ramah kehadiran dirinya yang baru beberapa langkah menginjakkan kaki di dalam rumah.
"Baiklah! Terima kasih bibi Puff."
Dan Matias bergegas menuju ruang kerja ayahnya.
Di dalam sana, count Antonio Lawrence sudah hampir tiga puluh menit duduk di kursinya, berdiam diri menunggu kehadiran Matias. Beliau tampak semakin tidak sabar ingin bertanya langsung kepada putranya tentang sesuatu yang mengganggu pikirannya.