"Kau menyukai seseorang? Apakah tebakanku benar?"
"Hmm. Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya agar pemuda itu menyukaiku."
"Jadi, kau menyukai seseorang. Hmm.. Kau berhak untuk itu, sayangku. Tapi, apakah sebaiknya kau mencoba untuk membuka diri pada pangeran dari negeri seberang? Dia... yang dulu sering bermain denganmu saat berkunjung kemari. Dia juga masih sering menanyakan kabarmu lewat ayah."
"Benarkah Ibu? Apa... pangeran George masih juga bertanya tentangku pada ayah?"
"Tentu benar, Nicole! Dia sedang menempuh pendidikan militer saat ini. Kau tahu..? Lebih baik kau belajar mencintai orang yang mencintaimu lebih dulu. Daripada kau, harus bekerja keras membuat orang yang belum pasti bisa mencintaimu seperti kau mencintainya."
"Tapi, bukankah juga sangat sulit Ibu... untuk melenyapkan perasaan cinta dalam sekejap?"
"Boleh aku tahu, pada siapa kau jatuh cinta?" seraya bergerak ke hadapan putrinya. Dan memandang wajah sendu putri Nicole.
Gadis itu pun membuat sudut lengkung di bibirnya, memandang wajah sang Ibu. "Tidak Ibu. Kau tidak perlu tahu siapa pemuda itu. Aku akan mengatasinya sendiri."
"Ah, jadi... itu rahasia ya. Hmm.. Baiklah! Aku hanya tidak ingin melihatmu murung, Nicole. Keluarlah dari kamar, lakukan hal-hal yang menyenangkan hatimu!"
"Hmm.. Ya Ibu! Aku akan segera keluar dari sini."
Selang beberapa jam kemudian, putri Nicole tengah berada di halaman belakang istana. Dirinya tampak duduk seorang diri, bersilang kaki di kursi taman. Kedua matanya tertuju pada halaman buku yang berada di tangannya.