"Tentu Daniel! Aku bicara tentang kejujuran, bukan untuk sekedar menyenangkan hatimu." ucapnya diakhiri senyuman dan menunduk malu.
"Aku sangat bersyukur jika itu benar, Martha."
Hening sekian detik.
"Kau tahu Daniel, kakakku sangat menyukai seorang gadis. Tapi, sekarang aku dapat melihat ada gadis lain yang menyukai kakakku."
"Ah, benarkah? Lalu kira-kira kakakmu akan berjalan ke arah gadis yang mana?"
"Hmm. Entahlah! Hanya saja... aku merasa ternyata menyukai seseorang itu cukup rumit juga. Bahkan terkadang kau harus sampai melukai perasaan seseorang yang sudah menyukaimu dengan tulus."
"Martha, lihatlah aku!" pintanya seraya bergeser menghadap kepada gadis di sampingnya. Dan dengan degup jantungnya yang tak karuan, Martha berusaha keras memandang wajah Daniel. "Kau jangan memikirkan hal yang rumit. Kau tahu, Martha? Aku menyukaimu!"
Sekejap kedua mata gadis itu membulat, getaran memenuhi rongga dadanya. Membuatnya susah payah membuka mulut.
"Apa... kau bilang Daniel? Tolong... ucapkan... sekali lagi!"
"Aku menyukaimu!" diikuti senyum terbaiknya.
Martha menepis pandangannya dari kedua mata Daniel, dia menunduk dan tertawa ringan. Tak sanggup lagi matanya menatap mata Daniel.