"Saya juga ngga jauh dari situ tinggalnya, teman Saya banyak di Perdatam. Kayaknya wajah Mba familiar."
"Oh.. Gitu.. Hehe.."
Lelaki itu meninggalkan mejaku seraya tersenyum kembali dan membawa serta secangkir kopi yang telah ku serahkan tadi padanya. Hmm.. Terkadang dunia terasa luas namun tak jarang juga bisa terasa sangat sempit.
Dari kejauhan Mba Lidya terlihat baru saja turun dari mobilnya. Dia sempat membuka payung namun dia menutupnya kembali. Tandanya, hujan atau gerimis telah usai. Jika sedang musimnya, hujan memang datang sesuka hatinya. Tentu tidak mengenal waktu, kadang durasinya sebentar, kadang kala juga sangat lama. Seperti hujan yang barusan saja mereda, ibarat hanya lewat sebentar untuk memandikan bumi.
"Mba.. Semalam pulang duluan ya?" tanyaku pada Mba Lidya yang sudah sampai di depan mata.
"Iya Mel, nyariin ya? Hehe.. Maaf ngga bilang."
"Oh iya Mba.. Ngga apa-apa.."
"Saya ke atas dulu ya.."
Dia pun berlalu menuju tangga di pojok kedai. Aku kembali melayani beberapa pelanggan yang baru saja tiba setelah Mba Lidya naik ke atas. Sambil membuatkan pesanan pelanggan, sekilas aku melihat Mutia datang dari arah ruang belakang. Aku kira ada Dion di belakangnya, tapi sepertinya dia kembali sendirian kesini.
"Dion mana Mut?"
"Hmm.. Tadi aku ajak makan mie ayam ngga mau. Ngga tahu dia kemana."