Aku telah menemukannya sekarang, sebuah toples berisi kue nastar yang isinya baru berkurang sedikit. Aku segera membopongnya bersama dua cangkir teh manis hangat dengan bantuan sebuah nampan.
"Silahkan.. Ayo minum dulu Mas.."
"Iya Mel, makasih. Eh iya, ini buat kamu." seraya dirinya menyodorkan plastik berwarna putih, dari luar tampaknya ada sebuah kotak makanan di dalamnya.
"Wah, apa nih? Bolen ya??" tanyaku sambil tertawa kecil mengintip isi kotak makanan itu.
"Hmm.. Lebih banyak kan? Daripada yang waktu itu."
"Iya, makasih banyak ya.."
"Iya, jangan pelit sama Mama." Henry malah tertawa-tawa menggodaku.
Plastik putih berisi bolen itu ku letakkan di atas meja bundar di tengah-tengah kami. Sekali lagi aku mempersilahkan Henry untuk minum, kami pun menikmati secangkir teh hangat bersama.
"Mel, apa bener-bener ngga ada kesempatan lagi buat aku?"
Aku cukup terkejut dengan pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Henry. Aku terdiam beberapa saat, kemudian menjawabnya.
"Maksudnya kesempatan buat terima kamu jadi pacar aku?"