Drama hidupnya cukup kompleks, dimana sebelum menikah dengan lelaki itu dia sempat memadu kasih dengan pria beristri. Dia juga mengalami depresi yang cukup panjang manakala pria beristri itu meninggalkan dirinya. Namun penyakit yang mengakibatkan ingatannya hilang perlahan lahan itu, justru terjadi di saat dia telah hidup bahagia bersama lelaki yang juga sangat mencintainya. Dia didiagnosis terkena alzheimer di usia tiga puluhan.
Huh.. menyedihkan sekali endingnya, pada akhir cerita dia telah benar-benar melupakan keberadaan suaminya serta anggota keluarganya yang lain.
Terlalu lama fokus menatap ke layar laptop, kedua mataku jadi terasa cukup lelah. Aku mengecek ponselku yang sejak tadi ku setel mode tanpa dering. Tampak ada dua pesan masuk disana. Dari Mutia dan juga Eka. Hmm.. Setelah ku baca pesan mereka, intinya cukup sama, mereka menanyakan bagaimana keadaanku sekarang. Lantas aku pun langsung membalas kedua pesan itu masing-masing.
Sekarang sudah sangat siang, hari ini cuaca tampak cerah. Namun matahari tidak seterik kala musim panas. Dia tampaknya masih agak malu-malu untuk menampakkan sinar seutuhnya. Sepoi-sepoi angin bebas keluar masuk jendela kamarku yang terbuka namun berteralis. Sesekali ku hirup hawa angin yang cukup menenangkan itu. Mungkin aku mulai ngantuk lagi, aku juga baru saja menguap. Tetapi, aku tidak ingin tidur lagi.
Astaga.. Sejak diantar pulang semalam oleh Mba Lidya, aku belum mandi. Kenapa aku bisa selupa ini?! Hmm.. Aku pun bergegas untuk segera mandi. Tapi, sekali-sekali hawa dingin masih terasa, aku takut badanku masih kurang fit. Jadi ku putuskan untuk tidak mengguyur kepalaku. Lantas aku pun membungkus rambut bob kesayanganku ini dengan mengenakan hair cap berbahan plastik tebal berwarna biru bermotif polkadot putih.
Hmm.. Kini aku sudah terasa lebih segar dan juga nyaman. Aku sedang mengisi daya baterai pada laptopku. Jadi, aku memutar lagu lewat mp3 dalam ponselku. Aku baru memutarnya dua lagu, Henry menelponku, membuat musik itu terhenti sejenak berganti dengan nada dering ponselku.
"Mel, di rumah?"
"Iya. Kenapa?"
"Nanti aku ke rumah ya. Boleh ngga? Kan jenguk kamu."
"Jenguk? Kan sudah sembuh. Ya tapi ngga apa-apa kok kalau mau kesini."
"Oke.. Sampe ketemu ya Mel."