Aku hanya melengoskan pandangan mataku dari menatapnya menjadi lurus ke depan lagi. Setelah menghabiskan sisa teh manis yang ku buatkan untuknya, Henry pun pamit untuk pulang. Aku bergegas menghampiri Mama ke dalam untuk mengatakan bahwa Henry akan pulang.
"Kok buru-buru Hen?"
"Ngga Tante, sudah dari tadi kok. Besok Amel kerja pagi, biar dia bisa istirahat lagi. Mel, aku pulang ya. Jangan sakit lagi!"
"Iya. Makasih ya. Hati-hati.."
"Makasih Henry.." Mama menimpaliku.
Henry telah mengenakan jaket hitam dan helmnya di atas motor, dia bebalik arah keluar dari pekarangan, lantas aku membuntuti di samping motornya kemudian membukakannya pagar. Sampai di pagar dia malah mengucapkan kata maaf lagi padaku, tadi dia tidak bermaksud untuk membuat kami jadi berdebat. Hmm.. Aku pun hanya menjawab dengan singkat, "Iya ngga apa-apa." seraya melemparkan senyum untuknya. Henry tancap gas, berlalu pergi meninggalkan rumah ku.
"Mel..!!!" terdengar suara seorang wanita menyapaku setelah motor Henry melaju.
"Eh Bu RT.. Dari mana Bu?"
"Ini, dari warung Ucok.." beliau menghentikan langkahnya di seberang tempatku berdiri sekarang. Sambil mengangkat sedikit kantung plastik hitam yang dijinjingnya. Beliau meneruskan ucapannya tadi, "Yang tadi pacarnya Mel?" seraya tersenyum dan menggelengkan kepala ke arah perginya Henry.
"Hah? Bukan bu, cuma teman kok.." mungkin wajahku tampak kurang meyakinkan menjawabnya, tapi aku berusaha tetap tersenyum lebar.
"Oh kirain pacarnya. Ayo Mel.. Mari.." beliau melanjutkan langkah kakinya yang terhenti sejenak untuk menyapaku.