“Kakek.. Kakek!!!” Nivea terbangun dengan nafas yang terengah-engah. Dia pun bangkit bersandar pada dipannya. Menepuk-nepuk dadanya, terasa jantungnya tengah berpacu dengan kuat. Salah satu tangannya menggapai gelas berisi air minum di sisi kirinya.
Setelah minum, dia mulai mengatur ritme nafasnya. Lagi-lagi sang Kakek hadir dalam tidurnya. Nivea semakin tak mengerti, namun dia kembali mencoba untuk memejamkan kedua matanya karena diluar sana hari tampak masih gelap.
Beberapa jam berlalu, Ayah dan Ibu Nivea pagi itu telah duduk di kursi makannya, bersiap memulai sarapan.
“Selamat pagi Ayah, Ibu.”
“Selamat pagi Nak, duduklah!” titah sang Ayah.
“Kami kira kau sudah pergi sejak pagi-pagi. Jarang sekali kau mau ikut sarapan dengan kami.”
“Tidak Ibu. Aku rasa, aku bangun agak telat pagi ini.”
“Apa kau baik-baik saja Nivea? Kau sakit?”
“Ah, tidak Ayah. Aku hanya... mungkin kualitas tidurku kurang baik.”
“Segeralah pulang setelah membuat roti, kau tidak perlu seharian berada di toko.”
“Tidak Ibu. Justru aku sangat senang jika bisa melayani banyak pelanggan.”