“Hmm. Aku rasa roti buatan mu lebih nikmat, nona Nivea.” ucap Martha kemudian dengan nada berbisik setelah menggigit sepertiga bagian roti manis di tangannya.
“Hahaha. Kau membuat ku hampir tersedak, nona Martha. Kau terlalu menyanjungku. Mana mungkin roti yang sudah dipersiapkan untuk perjamuan ini tidak memiliki kualitas rasa yang baik.”
“Tapi aku mengatakan yang sebenarnya, nona Nivea. Roti buatanmu juga terasa lebih lembut dibanding roti ini.”
“Kalau begitu, lain kali kau harus memborong rotiku saat kembali ke toko ku.”
“Tentu nona! Aku tak akan pernah bosan menikmati semua roti buatanmu. Dan pastinya Matias.......”
“Hmm? Kenapa dengan Matias?”
“Ah, itu. Hahaha. Tidak!”
“Kau ini kenapa nona Martha, sudah dua kali kalimatmu menggantung seperti itu. Sebenarnya ada apa dengan kakak mu?”
“Tidak ada nona Nivea. Hanya saja... Matias.. Dia.. Juga sangat menyukai rotimu.”
“Ah, baiklah! Aku sangat senang dan bersyukur jika memang rotiku disukai oleh banyak orang.”
5. Kabar Dari Ayah