Duchess Valerie beranjak pergi menuju bagian depan kediamannya. Tersisalah Nivea dan Martha disana.
“Apa Anda datang seorang diri, nona Nivea?”
“Ah, tentu nona Martha. Aku tidak membawa Seri kali ini. Kau tampak sangat cantik dengan gaun itu nona Martha.”
“Ah, benarkah nona Nivea? Aku tersanjung mendengarnya. Kau juga selalu saja terlihat cantik, nona Nivea. Bahkan kau tak sadar telah membuat kakak ku....”
“Hmm? Kakak mu? Ada apa dengan kakak mu?”
“Ah, tidak! Tidak nona Nivea. Aku hanya.. Hahaha. Aku takut salah bicara.”
“Hahaha. Baiklah. Lupakan saja! Ayo nona Martha, kita mencari tempat duduk agar bisa menikmati suguhan mereka.”
Kedua gadis itu mulai melangkah beriringan menuju kursi tamu yang terlihat masih kosong di sisi dekat pilar bangunan itu. Dan keduanya pun hampir bersamaan menjatuhkan diri di kursinya masing-masing.
Seorang pelayan lelaki tampak menghidangkan dua cangkir teh hangat di atas meja bundar kecil yang berada di tengah Nivea dan Martha. Diikuti seorang pelayan wanita yang juga menghidangkan kudapan berupa biskuit gandum dan roti manis.
“Hmm. Teh ini benar-benar nikmat nona Martha. Aku suka aromanya.” seraya meletakkan secangkir teh hijau yang baru saja dinikmatinya.
“Ya, kau benar nona Nivea. Kita juga harus mencoba roti manis ini.” Martha meraih sebuah roti manis dengan selai buah berry disana. Begitupun Nivea melakukan hal yang sama dengannya.