4. "Siapa menempuh sebuah jalan dengan niat untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga"
2.1.4 Milikilah Ilmu Sebanyaknya
- John Gardner mengatakan bahwa para calon pemimpin sebaiknya pernah berhubungan dengan seluruh lingkup liberal arts, dari sains sampai sastra, dari matematika sampai sejarah (sehingga mereka dapat menyerap) melalui sastra, agama, psikologi, sosiologi, drama, dan sejenisnya, harapan-harapan, ketakutan, aspirasi, dan dilema yang dirasakan oleh pengikut mereka. Memahami apa yang dipertahankan dan diperjuangkan para pendahulu dan mengetahui melalui sejarah dan biografi garis-garis besar luar biasa dari sejarah manusia.
- Nabi Muhammad mempunyai ilmu yang sangat luas. Beliau seorang pembelajar yang brilian. Beliau mengetahui ilmu pertanian, perdagangan, peternakan. Sebagai seorang pemimpin beliau memahami persoalan sosial dan politik. Beliau juga seorang ahli hukum yang mengetahui hukum acara peradilan, hukum formal, dan materil pada waktu itu. Sebagai seorang panglima beliau menguasai taktik militer yang jitu. Beliau juga mempunyai pemahaman yang cukup mendalam mengenai kesehatan, bagaimana memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Apalagi mengenai persoalan-persoalan keagamaan karena beliau adalah maha guru dari agama islam
2.1.5 Mempunyai Ilmu yang Luas Meskipun Tidak Detail
Pemimpin tidak perlu mengambil banyak keputusan, tidak perlu mencampuri urusan pekerjaan karyawan dan tidak perlu membuat,menjual, atau merancang apapun sendiri. Dengan demikian mereka punya banyak waktu untuk berkonsentrasi pada pekerjaan utama kepemimpinan. Dan salah satu tugas yang tidak bisa dilakukan orang lain ialah pemimpin harus dapat melihat dan mempertahankan gambaran akhirnya. dengan terus memperhatikan gambaran akhir, pemimpin dapat memfokuskan tindakan setiap orang di perusahaan.
2.1.6 Membaca Realitas
Nabi Muhammad tidak pernah duduk di lembaga-lembaga pendidikan formal. Beliau tidak pernah belajar dari seorang guru yang mengajar nya membaca dan menulis. Beliau juga tidak hadir di sekolah-sekolah non formal yang memang belum ada pada waktu itu di Makkah. Sekolah beliau adalah sekolah alam dengan memperhatikan dan membaca fenomena alam dan sosial.
Pengalaman serupa dialami oleh Nabi yusuf. Di masa kanak-kanak beliau tidak mempunyai kesempatan untuk belajar membaca dan menulis karena terlanjur dibuang oleh saudara-saudaranya dan menjadi budak di rumah seorang pembesar Mesir. Namun demikian beliau mempunyai keahlian manta'wilkan mimpi dan realitas.
Pelajaran juga dapat diperoleh dari kesalahan, kesuksesan, interaksi dengan orang lain, dan pengalaman sehari-hari. Untuk itu diperlukan keinginan yang kuat untuk belajar agar dapat menjadikan segala sesuatu yang dialami sehari-hari sebagai proses pembelajaran. Bagi seorang yang mempunyai sikap ini, setiap institusi adalah lembaga pendidikan, setiap orang adalah guru, dan setiap peristiwa yang dialami adalah referensi yang sangat berharga sekali.
2.1.7 Dari Personal ke Komunal dan Organisasional
Dalam kenyataannya, dunia sekarang semakin berkoneksi dan bisnis menjadi semakin kompleks dan dinamis. Di negara-negara maju, organisasi telah menjadi persoalan penting dalam masyarakat karena telah terjadi perubahan dari pengetahuan yang bersifat personal (konowledge) ke pengetahuan yang bersifat jama'i (knowledges). Ijtihad yang tadinya cukup dilakukan secara individu (mustaqil), sekarang menjadi perkara bersama. Oleh karena itu, kita sebagai pribadi, masyarakat, dan organisasi harus semakin giat belajar. Pembelajaran itu tidak hanya dilakukan oleh pemimpin dalam suatu organisasi atau masyarakat, tetapi secara keseluruhan.
Alasan-alasan untuk membentuk learning organization