2. Beberapa isi perjanjian jelas-jelas merugikan kaum Muslim, seperti harus mengembalikan orang orang Makkah yang lari ke Madinah sesudah perjanjian itu disepakati, sementara orang Madinah yang datang ke Makkah tidak boleh dikembalikan.
Pikiran mereka itu sebenarnya sangat logis kalau memakai pemikiran yang pendek. Namun dalam jangka panjang dampak yang diakibatkan oleh perjanjian itu sangat luar biasa bagi perkembangan dakwah Islam.
1. Perjanjian itu menaikkan daya tawar Rasulullah dan kaum Muslim di tengah kekuatan-kekuatan politik yang ada di Arab waktu itu. Nabi Muhammad yang sering diejek dan dihinakan, ternyata berhasil "memaksa" kaum Quraisy  yang sangat disegani di Jazirah Arab  untuk membuat kesepakatan damai. Demikian pula kaum Muslim yang sebelumnya dianggap sebagai kumpulan orang-orang miskin, hamba sahaya, dan terbelakang ternyata telah "duduk sama rendah, tegak sama tinggi" dengan kaum Quraisy.
2. Perjanjian itu merupakan kesepakatan damai antara kaum Muslim dan kaum musyrik Makkah. Sebagaimana diketahui, kaum musyrik Makkah sangat dendam terhadap Rasulullah dan kaum Muslim serta ingin "menghabisi" mereka. Dengan demikian, praktis kaum Muslim selalu berada di bawah ancaman perang dari Selatan (Makkah). Perdamaian yang disepakati untuk 10 tahun ke depan cukup memberi waktu bagi Nabi Muhammad untuk mengembangkan dakwahnya ke wilayah-wilayah lain dengan disamping itu beliau dapat berkonsentrasi mengatur pemerintahan dan menghadapi ancaman dari wilayah lain dan dari intern Madinah sendiri.
3. Isi perjanjian yang menyuruh mengembalikan orang-orang yang lari ke Madinah ternyata memberikan berkah tersembunyi (blessing in disguise). Dengan semakin banyaknya orang yang masuk Islam dan tidak boleh tinggal di Madinah, membuat orang-orang Muslim tidak harus terkonsentrasi di Madinah.Dengan kata lain, mulai muncul kelom-pok-kelompok Muslim di beberapa daerah, termasuk di Makkah sendiri. Mereka ini merupakan kekuatan baru dalam syiar Islam.
4. Orang-orang yang lari dari Makkah dan ditolak di Madinah ternyata memilih untuk tidak kembali ke Makkah. Mereka menetap di suatu tempat yang dilewati oleh kafilah dagang Quraisy. Mereka ini kerap mengganggu kafilah-kafilah dagang lewat di sana sehingga kegiatan perdagangan penduduk Makkah terganggu. Dengan terganggunya jalur perdagangan maka kegiatan ekonomi mereka juga terganggu. Satu-satunya cara adalah "menyingkirkan" para pengganggu itu. Namun di sisi lain, mereka telah sepakat untuk tidak berperang dengan kaum Muslim.
Wal hashil, dalam jangka panjang ternyata strategi Nabi Muhammad terbukti berhasil. Dakwah Islam berhasil dikembangkan kedaerah-daerah lain. Tata kelola pemerintahan Madinah mulai dapat berjalan dengan baik. Disamping itu juga beliau berhasil menaikkan bargaining power kaum Muslim di jazirah Arab dan di hadapan dua negara adidaya pada waktu itu, Romawi dan Persia.
3. Strategi Militer yang Jitu Sebelum terjadinya Perang Badar,
Rasulullah e mengirim sekitar 20 ekspedisi militer ke daerah-daerah di sekitar Madinah. Pengiriman ekspedisi-ekspedisi ini bertujuan untuk merebut kontrol atas wilayah-wilayah tersebut sebagai suatu taktik dalam sistem pertahanan kota Madinah. Beberapa ekspedisi dilakukan ke beberapa suku dan kabilah Arab untuk memperoleh dukungan mereka atau mengadakan perjanjian damai dengan kaum Muslim. Di samping itu, pengiriman berbagai ekspedisi ini juga bertujuan untuk memutus jalur perdagangan antara Makkah dan Syam. Di antara ekspedisi-ekspedisi itu, hanya satu ekspedisi yang mengakibatkan terjadinya per- tumpahan darah. Rasulullah membentuk jaringan intelijen untuk mendapatkan informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di padang pasir dan di Makkah. Sistem ini sangat rapi dan canggih sehingga kemungkinan sebagian besar sahabat di Madinah tidak mengetahuinya. Misalnya, mereka tidak mengetahui bahwa paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib, ditinggalkan di Makkah sebagai agen intelijen. Ketika Rasulullah berangkat perang, tidak seorang pun tahu niat dan maksudnya yang sesungguhnya.
Beliau membuat sistem informasi berantai untuk menghubungkannya dengan para sahabat yang berada di garis depan. Dengan demikian Rasulullah dapat mengikuti segala yang terjadi di medan peperangan. Rasulullah * tidak pernah berusaha untuk mendirikan kerajaan yang besar di jazirah Arab. Misi yang diemban beliau adalah mengajak manusia untuk menyembah Allah dan mentauhidkan-Nya. Meskipun untuk mencapai tujuan tersebut harus dengan mengirimkansekitar 80 ekspedisi militer dan memimpin 28 di antaranya, hal tersebut bukanlah sebagai agresi militer yang bertujuan untuk memusnahkan musuh.
Rasulullah sangat hati-hati dalam menganalisa kekuatan dan pergerakan musuh. Darianalisa tersebut beliau dapat menyusun strategi dan perencanaan yang matang. Bahkan dalam Perang Uhud di mana kaum Muslim menderita kekalahan, sistem pertahanan yang beliau susun sangat strategis dengan menempatkan pasukan panah di punggung Bukit Uhud. Kekalahan yang terjadi lebih disebabkan oleh ketidakdisiplinan pasukan Muslim dalam mentaati perintah beliau.