Mohon tunggu...
Meliana JunitaAzhari
Meliana JunitaAzhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Teruslah Berkarya

Allah as always number one

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Eunoia

15 Februari 2021   12:08 Diperbarui: 15 Februari 2021   12:21 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di perjalanan menuju apartemennya, Yuna diam seribu bahasa. Ia hanya melihat keluar jendela dari taksi yang akan mengantarnya.

Suga menyodorkan benda kotak berwarna ungu kepadanya. Yuna pun menoleh. Itu buku diarynya kenapa ada di tangan kakak kelasnya.

"Aku menemukan benda ini saat kau bertabrakan dengan adik kelas. Maaf aku lancang membaca diarymu karena ingin tahu siapa pemilik buku ini. Wanita yang menganggu Ayah dan Ibumu di dalam cerita itu adalah kakakku. Kak Laxy. Kakak tiriku. Aku akan memberitahu ayahmu. Maafkan kakakku Yuna." Jelasnya.

Yuna masih diam. Ia memalingkan wajahnya kembali ke luar jendela. "Aku yang mengajak Yuta untuk meyelamatkanmu. Aku berada di kafe Borahae saat kau menghubungi kakakmu. Aku ingin mengembalikan buku diarymu. Mungkin itu sangat berharga bagimu. Tapi, kau lama sekali. Aku memutuskan untuk melacak lokasimu. Kau ingat saat aku meminjam ponselmu? Itu aku pakai untuk menghubungkan lokasimu. Ternya benar. Kau sedang berada di gedung kosong dengan mulut yang ditutup solatip serta tangan dan kaki yang diikat." Lanjutnya.

Yuna menatap Yuta dan Suga bergantian. Menggumamkan kata terimakasih kepada mereka berdua.

***

Yuna berjalan lesu menuju apartemennya. Diikuti dua orang di belakangnya. Ia membuka pintu apartemen. Ia mendongakkan wajahnya.

Dua orang wanita berlari ke arahnya. Bunda dan kakaknya langsung memeluk Yuna dengan tangis yang pecah di sana. Bunda melepaskan pelukannya.

Bunda memeriksa setiap tubuh Yuna, takut jika terdapat luka di sana.

"Yuna? Tidak apa-apa nak?" Tanya bunda lembut.

Yuna hanya menggeleng dan kembali memeluk Bunda. Ia rindu. Sangat rindu. Ia menangis di sana. Tangan bunda mengelus-elus punggungnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun