Orang di sebelah Yuna tiba-tiba mengangkat tangannya. Panitia lalu memberikan mikrofon kepada orang tersebut.
"Halo Suga, namaku Yuri. Jika sudah mempunyai relasi, apa langkah selanjutnya untuk memulai bisnis? Jika kau tidak tahu akan berbisnis apa, apa yang akan kau lakukan?"
Semua menyimak pertanyaan Yuri dengan seksama, kecuali Suga yang menatap orang yang duduk di samping sang penanya. Memakai seragam sekolah yang sama dengan sekolahnya. Wajahnya tidak asing. Ia ingat sekarang, adik kelas yang membuat nafsu makannya hilang tempo lalu.
Suga mengerjapkan matanya berkali-kali dan mengembalikan fokusnya.
"Yang akan ku lakukan untuk memulai bisnis tentu saja dengan membuat rencana inovasi baru. Namun, jika tidak tahu akan berbisnis apa aku akan menginvestasikan uangku kepada perusahaan ternama."
Yuna merebut mikrofon yang sedang dipegang oleh kakaknya.
"Namaku Yuna. Aku minta jawaban jujurmu. Aku tau kau sudah memilih beberapa keputusan yang tepat selama menjalankan bisnis. Apakah kau pernah memilih keputusan yang salah?"
"Ya, pernah. Aku juga manusia."
Yuna tersenyum kecil. "Apakah kau menyesalinya?"
"Semua keputusan yang dipilih akan mempunyai penyesalan sendiri. Bukan berarti orang yang mempunyai pilihan berbeda denganku tidak menyesal di kemudian hari."
Yuna hanya tersenyum mendengarkan jawaban Suga.