Refleks tanganku membuka kembali jejaring sosial dan mengobrakabrik seluruh info di profilenya.
Kemudian terdiam dalam satu foto. seorang cowok dengan wet look hair duduk diatas pagar pembatas yang menghadap parkiran siswa. lambang SMA tempatku terdaftar sebagai siswa tampak jelas di lengan kiri seragamnya.
Aku menghela nafas panjang kemudian menutup laptop dengan perasaan tidak karuan.
Tuhan, kenapa kesan yang timbul seperti ini?
***
Aku tersenyum mengingat saat-saat pertama melihat dan mengenal Yulian. Aku suka sekali melihatnya. Badannya yang agak membungkuk, matanya yang tampak acuh terhadap lingkungan sekitarnya yang ternyata selalu tajam dan waspada, langkahnya yang ringan, dan senyum tipis yang menghiasi wajahnya, kacamata yang menambah kesan smart dan charming, kulit hitam tapi sangat cocok dengan kepribadiannya.. dan bulan-bulan pertama menjadi temannya terasa menyenangkan. hari-hariku menjadi semarak dengan sapaannya melalu pesan singkat.
Aku terbuai kembali..
***
'Cha.. ayo cepat. kamu mau terlambat ngambil rapor apa? Percuma dong bapak izin mengajar kalau kamunya lelet.' Teriak bapak dari teras rumah.
'Bentar pak.. lagi pake sepatu nih... bapak sih nggak mau makein' Sahutku.
Thug!