Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teana - Paphos (Part 16)

10 Februari 2018   11:55 Diperbarui: 10 Februari 2018   12:40 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat lelaki itu berjalan sedikit jauh meninggalkan gua untuk mencari makanan, tiba -- tiba dua ekor singa hutan berukuran besar keluar dari balik semak -- semak. Singa itu menyerang dan menyergapnya dari belakang.

Lelaki itu tak mampu menandingi kekuatan dua ekor singa yang menyerangnya. Ia tak mampu menghadapi serangan itu. Bahkan untuk mengucapkan mantra sihirpun ia tak sanggup. Hingga akhirnya ia harus merelakan dirinya menjadi sarapan pagi untuk dua ekor singa hutan yang kelaparan.

Lelaki itu tewas mengenaskan tak jauh dari pintu gua dengan tubuh tercabik -- cabik.

Sementara itu suasana di Kuil Ad Deir berjalan seperti biasa. Para penduduk melakukan pemujaan dengan sangat khusyuk. Seperti tidak ada hal yang terjadi sebelumnya.

Mereka memanjatkan do'a kepada Dewa Dhushara dan Dewi Allat. Meletakkan buah -- buah segar dan daging kambing beraroma lezat diatas meja altar.

Lalu mereka memohon keselamatan untuk diri mereka dan keluarga mereka.

Di dekat pintu masuk kuil, diantara keramaian para pengunjung kuil yang hendak berdo'a, terlihat dua orang sedang berbicara dengan cukup serius.

"Pekerjaanmu sangat bagus. Sangat sempurna."

"Terimakasih Tuan, ini semua karena pekerjaan tukang pahat itu."

"Bagus prajurit. Akhirnya aku bisa bernafas dengan lega dan para penduduk bisa melakukan pemujaan seperti biasanya." ucap Pendeta Samad dengan puas.

Lalu mereka berdua saling bertatap mata dan tersenyum. Sebuah rahasia besar telah berhasil mereka simpan rapat -- rapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun