Saat lelaki itu berjalan sedikit jauh meninggalkan gua untuk mencari makanan, tiba -- tiba dua ekor singa hutan berukuran besar keluar dari balik semak -- semak. Singa itu menyerang dan menyergapnya dari belakang.
Lelaki itu tak mampu menandingi kekuatan dua ekor singa yang menyerangnya. Ia tak mampu menghadapi serangan itu. Bahkan untuk mengucapkan mantra sihirpun ia tak sanggup. Hingga akhirnya ia harus merelakan dirinya menjadi sarapan pagi untuk dua ekor singa hutan yang kelaparan.
Lelaki itu tewas mengenaskan tak jauh dari pintu gua dengan tubuh tercabik -- cabik.
Sementara itu suasana di Kuil Ad Deir berjalan seperti biasa. Para penduduk melakukan pemujaan dengan sangat khusyuk. Seperti tidak ada hal yang terjadi sebelumnya.
Mereka memanjatkan do'a kepada Dewa Dhushara dan Dewi Allat. Meletakkan buah -- buah segar dan daging kambing beraroma lezat diatas meja altar.
Lalu mereka memohon keselamatan untuk diri mereka dan keluarga mereka.
Di dekat pintu masuk kuil, diantara keramaian para pengunjung kuil yang hendak berdo'a, terlihat dua orang sedang berbicara dengan cukup serius.
"Pekerjaanmu sangat bagus. Sangat sempurna."
"Terimakasih Tuan, ini semua karena pekerjaan tukang pahat itu."
"Bagus prajurit. Akhirnya aku bisa bernafas dengan lega dan para penduduk bisa melakukan pemujaan seperti biasanya." ucap Pendeta Samad dengan puas.
Lalu mereka berdua saling bertatap mata dan tersenyum. Sebuah rahasia besar telah berhasil mereka simpan rapat -- rapat.