Setelah upacara pelepasan Putri Kemala Sari, keduanya berpamitan kepada Sultan Alaiddin Maulana dan Putri Mahdum Khudawi.
“Jaga dirimu baik – baik putriku” ucap sang ibunda.
“Iya ibu”
Sekejap kemudian muncul gumpalan asap pekat. Keduanya merubah diri menjadi sepasang tiung hijau dan putih. Keduanya melesat tinggi ke langit. Rakyat Perlak melambaikan tangan mereka. Melepas kepergian Tuan Putri yang sangat mereka cintai.
“Aku harap tuan Putri merahasiakan hubungan kita. Aku tak mau Raja Permadewana murka” ucap Kilan Syah dalam perjalanan ke Kerajaan Jin.
“Iya Kilan Syah. Aku akan menjaganya rapat – rapat” balas Putri Kemala Sari.
Setelah sampai di Kerajaan Jin. Keduanya berpisah. Sementara Putri Kemala Sari melepas rindu dengan Raja Permadewana, Kilan Syah hanya bisa melihat kekasih pujaan hatinya bermesra dengan majikannya.
“Maafkan aku tuan Putri, aku tak mampu berbuat apa – apa demi cinta kita” ucapnya dalam hati dengan mata berkaca – kaca.
Seminggu setelah Putri Kemala Sari pulang dari Kerajaan Perlak, saat jamuan makan malam berlangsung.
“Maafkan hamba Tuanku, hamba undur diri ke belakang. Mendadak hamba ingin muntah” pinta Putri Kemala Sari” ucap Putri Kemala Sari yang disaksikan Kilan Syah dengan kening berkernyit.
“Apakah…..” ucap Kilan Syah dalam hati.