Seluruh rakyat Negeri Perlak bersukacita atas perkahwinan tuan putri mereka. Begitu juga rakyat Negeri Jin. Mereka larut dalam kegembiraan. Kerana sebentar lagi kerajaan mereka akan mendapatkan seorang Ratu baru. Ratu yang sangat elok parasnya. Ratu Kemala Sari.
Hajatanpun selesai digelar. Raja Permadewana berpamitan kepada Sultan Alaiddin Maulana dan Putri Mahdum Khudawi.
“Terimakasih atas jamuan hajatan perkahwinan ini, aku sangat bahagia. Sekarang izinkan aku dan istriku kembali ke Kerajaan Jin” ucap Permadewana.
“Ini sudah menjadi tanggungjawab kami sebagai orangtua Putri Kemala Sari. Kami harap engkau sudi menjaga putri kami dengan baik. Dan sekali lagi kami ucapkan terimakasih atas bantuanmu mengalahkan Pangeran Iskandar” jawab Raja Perlak.
Setelah percakapan itu, Raja Permadewana dan Putri Kemala Sari pamit undur diri. Dengan merapalkan mantra sambil menggamit tangan Putri Kemala Sari, sekejap asap mengepul ke udara. Dua ekor tiung terbang ke langit. Diikuti oleh Kilan Syah dibelakang mereka. Ketiga tiung itupun sekejap menghilang dibalik awan putih.
***
“Selamat datang di Kerajaan Jin ini. Inilah kerajaanku. Semoga kau betah dan senang tinggal disini bersamaku” sambut Raja Permadewana kepada Putri Kemala Sari.
“Indah sekali kerajaanmu Permadewana. Tahta, tembok dan lantai kerajaanmu terbuat dari pualam putih. Sebening warna air yang jernih. Sangat indah” ucap Putri Kemala Sari terkagum – kagum.
“Ini semua milikmu wahai istriku. Jika kau ingin berkeliling atau keluar istana, kamu bisa meminta Kilan Syah untuk mengantarmu.
“Terimakasih Raja” ujar Putri Kemala Sari.
Begitulah, kala Putri Kemala Sari berkeinginan untuk keluar istana, ataupun pergi berjalan – jalan ke suatu tempat. Dia selalu ditemani oleh Kilan Syah si Pengawal Raja Permadewana. Tentunya kepergian mereka berdua sudah mendapat izin dari Raja Permadewana.