Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Hikayat Raja Jin dan Anak Manusia

18 April 2016   18:59 Diperbarui: 18 April 2016   19:05 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah upacara pelepasan Putri Kemala Sari, keduanya berpamitan kepada Sultan Alaiddin Maulana dan Putri Mahdum Khudawi.

“Jaga dirimu baik – baik putriku” ucap sang ibunda.

“Iya ibu”

Sekejap kemudian muncul gumpalan asap pekat. Keduanya merubah diri menjadi sepasang tiung hijau dan putih. Keduanya melesat tinggi ke langit. Rakyat Perlak melambaikan tangan mereka. Melepas kepergian Tuan Putri yang sangat mereka cintai.

“Aku harap tuan Putri merahasiakan hubungan kita. Aku tak mau Raja Permadewana murka” ucap Kilan Syah dalam perjalanan ke Kerajaan Jin.

“Iya Kilan Syah. Aku akan menjaganya rapat – rapat” balas Putri Kemala Sari.

Setelah sampai di Kerajaan Jin. Keduanya berpisah. Sementara Putri Kemala Sari melepas rindu dengan Raja Permadewana, Kilan Syah hanya bisa melihat kekasih pujaan hatinya bermesra dengan majikannya.

“Maafkan aku tuan Putri, aku tak mampu berbuat apa – apa demi cinta kita” ucapnya dalam hati dengan mata berkaca – kaca.

Seminggu setelah Putri Kemala Sari pulang dari Kerajaan Perlak, saat jamuan makan malam berlangsung.

“Maafkan hamba Tuanku, hamba undur diri ke belakang. Mendadak hamba ingin muntah” pinta Putri Kemala Sari” ucap Putri Kemala Sari yang disaksikan Kilan Syah dengan kening berkernyit.

“Apakah…..” ucap Kilan Syah dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun