[caption caption="man and woman source www.youtube.com/watch?v=Yieg3bTsDSY"][/caption]
Alkisah di negeri Perlak. Terdapat sebuah kerajaan yang makmur. Dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana. Raja Perlak itu bergelar Sultan Alaiddin Maulana. Dengan beristrikan seorang wanita yang elok nan anggun. Wanita itu bernama Putri Mahdum Khudawi.
Kedua pasangan Raja dan Ratu itu dianugerahi seorang anak yang juga tak kalah eloknya dengan si ibu. Dia bergelar Putri Kemala Sari. Keelokan sang putri tak tertandingi di seluruh nusantara. Hingga kabar keelokannya terdengar oleh seorang Raja Jin bernama Permadewana. Berita itu dimaklumatkan oleh pengawal Raja Jin bernama Kilan Syah. Saat dirinya berkehendak terbang ke negeri Utara. Dia melewati sebuah negeri yang begitu luas nan indah. Dia mengitari kerajaan negeri itu dan melihat seorang putri yang elok parasnya di taman kerajaan.
“Raja… Hamba membawa maklumat yang baik untuk Raja”
“Apa itu? Cepat kau fatwakan kepadaku” jawab Permadewana tidak sabar.
“Di sebuah negeri nun jauh disana. Di dunia manusia. Hamba menyaksikan seorang putri raja yang elok parasnya. Kiranya Raja berkehendak mempersuntingnya untuk menjadikannya ratu di kerajaan kita” jawab sang pengawal.
“Taklimatmu bagus juga. Sudah lama tidak ada ratu di kerajaan ini. Mahukah kamu mempertunjukkan paras ayu sang putri kepadaku?” tanya Permadewana.
“Hamba akan mewujudkan keinginan Raja” balas sang pengawal.
Dengan menggamit kedua bibirnya. Lalu merapalkan mantra – mantra. Segumpal asap muncul dihadapannya. Nampaklah paras Putri Kemala Sari yang sangat elok itu.
Sejak saat itu Raja Jin langsung menaruh hati kepadanya.
***
Negeri Perlak terbagi menjadi dua wilayah. Yakni Perlak Pesisir dan Perlak Pedalaman. Di daerah Perlak Pesisir tersohor akan hasil coklatnya yang berkualitas nomor satu. Selain dijual di dalam negeri, juga banyak diambil oleh pedagang asing untuk dijual lagi ke negerinya sebagai bahan untuk membuat kue atau minuman coklat..
Sedangkan di Perlak pedalaman tersohorakan hasil kayu besi nya. Yakni kayu Perlak. Tiap tahun selalu mengirim berkubik – kubik kayu ke pedagang asing. Transaksi perdagangan kayu disana sangatlah ramai. Kayu – kayu besi itu diperuntukkan sebagai bahan pembuatan perahu dan kapal layar. Dengan melimpahnya hasil coklat dan kayu besi di Negeri Perlak, membuat nama Kerajaan Perlak semakin mashur.
Sultan Alaidin Maulana banyak mengadakan perjanjian dagang dengan negeri tetangga. Diantaranya dengan Negeri Kelantan.Hubungan keduanya berlangsung sangat harmonis. Ketika Negeri Kelantan berkehendak membangun puluhan kapal untuk armada perangnya, mereka memesan kayu besi dari Negeri Perlak. Pun dengan Negeri Perlak, ketika mereka membutuhkan minyak sawit, mereka selalu memesan ke Negeri Kelantan. Kerana disana banyak didapatkan minyak sawit yang terbaik.
Sultan Johan Rasyid sangatlah senang dengan perniagaan ini. Sehingga dirinya berkehendak mempertahankan hubungan perniagaan ini agar terus terbina. Bahkan tak sebatas hubungan perniagaan saja, namun berkehendak untuk mewujudkan hubungan keluarga dengan mereka.
Putra Raja Negeri Kelantan diam – diam menaruh hati kepada Putri Kemala Sari. Ketika dirinya melawat ke Negeri Perlak untuk urusan dagang, putra raja itu sempat menyaksikan Putri Kemala Sari menemani ayahnya.
“Ayah, sudilah kiranya ayah menemui Sultan Alaiddin Maulana”
“Untuk apa putraku?” tanya Sultan Johan Rasyid.
“Sudilah kiranya ayah meminang Putri Kemala Sari untukku”
“itu perkara mudah Nak”
Hari yang ditunggupun tiba. Raja Negeri Kelantan beserta keluarga kerajaan beranjak menuju Negeri Perlak. Dengan membawa puluhan hantaran berisi emas, kain dan bahan berharga lainnya.
Setelah tiba di Negeri Kelantan, iring - iringan keluarga Kerajaan Kelantan disambut dengan semarak oleh Sultan Alaiddin Maulana.
Mereka dijamu dengan makanan terbaik. Minuman beraroma harum nan enak disajikan. Dan setelah cukup beramah - tamah, Raja Kelantan memfatwakan maksud kedatangannya.
“Wahai Sultan Alaiddin Maulana, kiranya anakku sudah cukuplah umur, aku berkeinginan mencari pendamping hidup untuknya”
“Kabar yang sangat baik rupanya, aku senang mendengar hal itu” jawab Raja Perlak.
“Putraku berkehendak untuk meminang Putrimu wahai Sultan” balas Raja Kelantan sambil melirik Putri Kemala Sari yang berdiri disamping ayahandanya.
Melihat air muka Putrinya yang mendadak berubah keruh, sang ibunda membalas tawaran Raja Kelantan.
“Kami sangat senang dengan maklumat ini, namun alangkah eloknya kalau kami tanyakan dulu kepada Putri Kemala Sari” jawab Putri Mahdum Khudawi – istri Sultan Alaiddin Maulana.
Setelah selesai menyampaikan maksud hati, Raja Negeri Kelantan beserta keluarga undur diri.
“Kami pamit dulu, segera beri kabar tentang lamaran kami ini” ucap Raja Kelantan sebelum kepergiannya.
Setelah tetamu kembali ke negerinya. Sultan Alaiddin Maulana dan Putri Mahdum Khudawi memanggil Putri Kemala Sari. Mereka berkmaksud membicarakan perihal lamaran Raja Kelantan.
“Bagaimana Nak, apa pendapatmu? Ucap Putri Mahdum Khudawi.
“Maaf ibu, bukan maksud hati menolak berkah. Bukan hamba tak mau bersuami. Namun hamba tidak ada hati untuk Pangeran Iskandar” jawab Putri Kemala Sari dengan sopan dan lembut. Lembut selembut parasnya yang ayu.
“Baiklah putriku, kalau itu jawabanmu. Ayahmu tidak akan memaksamu”
Tiga hari kemudian, dipanggillah sang utusan kerajaan. Sultan Alaiddin Maulana menitahkan kepada utusan itu untuk segera beranjak menemui Sultan Johan Rasyid.
“Pergilah kau ke Negeri Kelantan. Kabarkanlah kepada mereka bahwa Putri kami tak ada keinginan untuk berkahwin dengan Pangeran Iskandar” titah sang Raja.
“Baiklah Raja. Perintah dilaksanakan” jawab sang utusan.
***
Mendengar penolakan yang disampaikan oleh utusan Raja Perlak, amarah Pangeran Iskandar tak terbendung lagi.
“Berani – beraninya seorang wanita sepertinya menolakku ! Apa kelebihannya? Apa aku kurang pantas untuknya?” teriak Pangeran dengan lantang dan penuh amarah kerana merasa diremehkan.
“Ayah… izinkan aku membalaskan sakit hatiku ini!” pinta sang pangeran.
Tak kuasa menolak kemahuan putranya dan tak tega melihat kekecewaan dalam hatinya, dikabulkanlah permohonannya.
Ribuan pasukan terbaik Kerajaan Kelantan dikerahkan. Panglima – panglima terlatih dikirimkan.
Kabar ini sampailah ke telinga Raja Perlak. Namun kerana serangan yang mendadak, Raja Perlak berhasil dipukul mundur oleh pasukan Pangeran Iskandar.
“Raja… bahaya !” ucap Kilan Syah serius.
“Ada apa wahai pengawalku?” tanya Permadewana penasaran.
“Kerajaan Perlak diserang musuh. Keluarga Kerajaan dalam bahaya. Termasuk Putri Kemala Sari Raja” jawab Kilan Syah.
“Apa yang sebaiknya kita lakukan Panglima?” tanya Permadewana meminta nasehat.
“Kalau Raja menginginkan sang putri selamat, kita harus membantu mereka Raja” jawab Kilan Syah.
Ucapan Kilan Syah disetujui oleh Permadewana. Bala pasukanpun dikirimkan untuk Kerajaan Perlak.
Saat pasukan Kelantan menyerang Kerajaan Perlak, ribuan tiung dan bayan beterbangan diatas langit. Bak sekumpulan pasukan dari langit, ribuan tiung dan bayan itu menjatuhkan batu – batuan dari atas.
Kaak… kaaak… kaaaak…
Dilangit dipenuhi suara riuh ribuan tiung dan bayan.
Pasukan Iskandar tak mampu menahan serangan yang bertubi – tubi itu. Hingga akhirnya merekapun menyerah.
“Burung apa itu Ibu?” tanya Putri Kemala Sari keheranan.
“Aku tak tahu anakku” balas ibundanya yang memeluknya.
Sesaat kemudian turunlah seekor tiung. Berbulu hijau sehijau batu zamrud. Sangat indah. Tiung itu berhenti tepat didepan mata mereka. Keanehan terjadi. Muncullah gumpalan asap tebal ke udara. Dalam sekejap berdirilah pria gagah dengan rupa yang elok di depan Putri Kemala Sari dan ibunya.
“Maafkan hamba, membuat Ratu dan Putri ketakutan. Hamba datang kemari kerana dititahkan oleh Raja hamba untuk membantu Raja Perlak”
“Terimakasih banyak tuan. Tuan darimana? Siapa nama tuan gerangan?” tanya Putri Kemala Sari.
“Hamba Kilan Syah. Pengawal Raja Permadewana. Hamba dari Kerajaan Jin”
“Oh… Kalau begitu sudilah kiranya tuan menyampaikan ucapan terimakasih dari kami. Dan sudilah kiranya Raja Permadewana datang ke kerajaan kami ini” balas Putri Kemala Sari.
“Baiklah Tuan Putri. Titah tuan Putri akan kami laksanakan” balas Kilan Syah seraya pamit undur diri lalu terbang tinggi menghilang ke angkasa.
***
Dalam sekejap Kilan Syah telah menghadap Raja Permadewana.
“Raja, hamba telah berhasil mengalahkan pasukan Pangeran Iskandar”
“Bagus pengawal. Kau telah melaksanakan perintahku dengan baik” puji Permadewana.
“Tuan Putri Kemala Sari bermaksud mengundang Raja ke Negeri Perlak. Sebagai ucapan rasa terimakasih mereka” ucap Kilan Syah.
“Baiklah. Kalau begitu siapkan keperluanku. Prajurit dan pengawal terbaikku. Kita akan kesana besok”
Maka diutuslah seekor bayan untuk terbang ke Negeri Perlak. Menyampaikan maksud kunjungan Raja Jin esok hari.
Keesokan harinya, bagai sebuah iring – iringan pengantin. Ribuan tiung dan bayan berbaris di langit. Menari nari dengan indahnya. Bulu – bulu tiung yang berwarna – warni berjatuhan dari atas langit yang biru. Tarian bayan yang elok membentuk suatu barisan untuk menyambut kedatangan raja mereka. Pemandangan di langit sangat indah.
Ribuan tiung itu mengantarkan Raja mereka. Raja Permadewana untuk meminang Putri Kemala Sari.
Rakyat Kerajaan Perlak berhamburan keluar. Menyaksikan ribuan tiung terbang diatas langit Kerajaan Perlak. Tiba – tiba turunlah seekor tiung berwarna kuning keemasan. Turun dari atas langit. Mendarat bersama seekor tiung hijau. Lalu tiba – tiba asap bergumpal ke udara. Muncullah dua sosok pria gagah perkasa didepan keluarga Kerajaan Perlak yang berdiri didepan pintu istana.
“Inilah Raja kami. Raja Permadewana” ucap Kilan Syah memperkenalkan Rajanya.
“Perkenankan aku memperkenalkan diriku. Aku Raja Jin Permadewana. Datang kemari bermaksud memenuhi undangan Ratu Perlak sekaligus meminang Putri Kemala Sari untuk aku jadikan Ratu di kerajaanku.
Putri Kemala Sari tertunduk malu. Entah malu kerana malu atau malu kerana tersipu – sipu melihat ketampanan Permadewana.
“Mari… silakan masuk” sambut Sultan Alaiddin Maulana dengan ramah.
Akhirnya kedua belah pihak menyetujui kesepakatan ini. Raja Permadewana berkahwin dengan Putri Kemala Sari. Hajatan perkahwinan itupun berlangsung selama seminggu.
Seluruh rakyat Negeri Perlak bersukacita atas perkahwinan tuan putri mereka. Begitu juga rakyat Negeri Jin. Mereka larut dalam kegembiraan. Kerana sebentar lagi kerajaan mereka akan mendapatkan seorang Ratu baru. Ratu yang sangat elok parasnya. Ratu Kemala Sari.
Hajatanpun selesai digelar. Raja Permadewana berpamitan kepada Sultan Alaiddin Maulana dan Putri Mahdum Khudawi.
“Terimakasih atas jamuan hajatan perkahwinan ini, aku sangat bahagia. Sekarang izinkan aku dan istriku kembali ke Kerajaan Jin” ucap Permadewana.
“Ini sudah menjadi tanggungjawab kami sebagai orangtua Putri Kemala Sari. Kami harap engkau sudi menjaga putri kami dengan baik. Dan sekali lagi kami ucapkan terimakasih atas bantuanmu mengalahkan Pangeran Iskandar” jawab Raja Perlak.
Setelah percakapan itu, Raja Permadewana dan Putri Kemala Sari pamit undur diri. Dengan merapalkan mantra sambil menggamit tangan Putri Kemala Sari, sekejap asap mengepul ke udara. Dua ekor tiung terbang ke langit. Diikuti oleh Kilan Syah dibelakang mereka. Ketiga tiung itupun sekejap menghilang dibalik awan putih.
***
“Selamat datang di Kerajaan Jin ini. Inilah kerajaanku. Semoga kau betah dan senang tinggal disini bersamaku” sambut Raja Permadewana kepada Putri Kemala Sari.
“Indah sekali kerajaanmu Permadewana. Tahta, tembok dan lantai kerajaanmu terbuat dari pualam putih. Sebening warna air yang jernih. Sangat indah” ucap Putri Kemala Sari terkagum – kagum.
“Ini semua milikmu wahai istriku. Jika kau ingin berkeliling atau keluar istana, kamu bisa meminta Kilan Syah untuk mengantarmu.
“Terimakasih Raja” ujar Putri Kemala Sari.
Begitulah, kala Putri Kemala Sari berkeinginan untuk keluar istana, ataupun pergi berjalan – jalan ke suatu tempat. Dia selalu ditemani oleh Kilan Syah si Pengawal Raja Permadewana. Tentunya kepergian mereka berdua sudah mendapat izin dari Raja Permadewana.
Seiring waktu berjalan, hubungan keduanya semakin akrab. Permaisuri dan pengawal raja. Terutama Kilan Syah. Diam – diam dirinya takjub akan keelokan paras Putri Kemala Sari.
Tak terasa sudah hampir setahun Putri Kemala Sari tinggal bersama Raja Permadewana di Kerajaan Jin. Selama itu pula Putri Kemala Sari belum pernah sekalipun menengok orangtuanya di Kerajaan Perlak. Hingga suatu ketika dia akhirnya menyampaikan keinginannya itu kepada Sang Raja.
“Tuanku Raja, sudilah hamba diberi izin untuk menengok orangtua hamba. Hamba sangat merindui mereka berdua” pinta sang Putri.
“Kalau memang kamu sangat merindui mereka, bolehlah kamu pergi menengok mereka. Aku tak akan menahanmu. Ajaklah Kilan Syah untuk mengawalmu” jawab Sang Raja.
“Terimakasih Tuanku” jawab Putri Kemala Sari tersenyum bahagia sambil memeluk suaminya Raja Permadewana.
“Kapan kamu beranjak kesana Putri?” tanya Raja Permadewana.
“Besok tuanku”
“Hati – hati”
“Terimakasih tuanku”
Keesokan paginya, dengan diantar Raja Permadewana di halaman istana Kerajaan Jin. Putri Kemala Sari dan Kilan Syah beranjak pergi.
“Hamba pergi dulu tuan” ucap Kilan Syah
“Iya… jaga istriku baik – baik” jawab Raja.
“Baik Tuan”
Setelah berpamitan, keduanya merubah diri menjadi sepasang tiung. Lepas ke udara. Menukik tinggi ke langit. Dalam sekejap mereka telah hilang dari pandangan Raja Jin.
***
“Kita sudah sampai Putri” jawab Kilan Syah.
“Ayo kita masuk” ajak sang Putri.
Didalam kerajaan Perlak, Sultan Alaiddin Maulana dan Putri Mahdum Khudawi menangis haru. Mereka tak mengira akan kehadiran putri mereka. Sehingga digelarlah hajatan jamuan makan yang sangat meriah untuk menjamu kedatangan mereka berdua.
Setelah sehari penuh keluarga itu melepas rindu. Tibalah waktu untuk Putri Kemala Sari beristirahat. Melepas lelah. Dengan berjalan beriringan diantar Kilan Syah menuju ke biliknya, Sang Putri berjalan memasuki peraduannya. Tiba - tiba…
“Tunggu tuan Putri, hamba ingin menyampaikan sesuatu” ujar Kilan Syah seraya menggamit tangan sang Putri dari belakang.
“Ada apa Kilan Syah” jawab Putri Kemala Sari terkejut.
“Aku – aku – aku…..”
“Ada apa? Katakan saja”
“Aku menyukaimu tuan Putri” ucap Kilan Syah memberanikan diri sambil menatap kedalam kedua bola mata sang Putri.
“Aaaaa…. paaaa….”ujar sang Putri kaget.
Tanpa berkata – kata lagi, tangan Kilan Syah segera menarik tangan Putri Kemala Sari kedalam biliknya. Sedangkan sang Putri tak sanggup melawan. Dalam hatinya ada rasa yang aneh. Antara suka bercampur bingung harus berbuat apa. Sang Putri tak mampu menipu hati kecilnya bahwa dirinya telah menyukai Kilan Syah sejak awal jumpa pertama dulu.
Malam itu akhirnya menjadi malam paling indah untuk mereka berdua. Terutama untuk Kilan Syah. Akhirnya hasrat yang dipendamnya sekian lama telah tersampaikan. Pun juga Putri Kemala Sari.
“Aku mencintaimu Kemala Sari” bisik Kilan Syah dengan mesranya.
***
Seminggu sudah mereka berdua berada di Kerajaan Perlak. Dan tibalah waktu bagi mereka untuk bertolak menuju ke Kerajaan Jin. Dalam waktu seminggu itupun hubungan Kilan Syah dan Putri Kemala Sari makin dekat. Melebihi hubungan seorang pengawal dengan ratunya.
“Maafkan aku Kemala Sari. Aku tak mampu memendam perasaanku ini”
“Sebenarnya, aku sudah menyukaimu sejak awal pertemuan kita dulu. Namun takdir berkata lain. Ternyata bukan kau yang menyelamatkan kerajaanku. Tapi Rajamu. Aku tak kuasa menolak keinginan ayahku. Aku tidak mau disebut seorang yang tak pandai balas budi” gumam Putri Kemala Sari lirih didalam biliknya.
“Ayo… kita harus segera bergegas kembali pulang. Raja Permadewana pasti sudah menunggu kedatanganmu Putri” ajak Kilan Syah.
Setelah upacara pelepasan Putri Kemala Sari, keduanya berpamitan kepada Sultan Alaiddin Maulana dan Putri Mahdum Khudawi.
“Jaga dirimu baik – baik putriku” ucap sang ibunda.
“Iya ibu”
Sekejap kemudian muncul gumpalan asap pekat. Keduanya merubah diri menjadi sepasang tiung hijau dan putih. Keduanya melesat tinggi ke langit. Rakyat Perlak melambaikan tangan mereka. Melepas kepergian Tuan Putri yang sangat mereka cintai.
“Aku harap tuan Putri merahasiakan hubungan kita. Aku tak mau Raja Permadewana murka” ucap Kilan Syah dalam perjalanan ke Kerajaan Jin.
“Iya Kilan Syah. Aku akan menjaganya rapat – rapat” balas Putri Kemala Sari.
Setelah sampai di Kerajaan Jin. Keduanya berpisah. Sementara Putri Kemala Sari melepas rindu dengan Raja Permadewana, Kilan Syah hanya bisa melihat kekasih pujaan hatinya bermesra dengan majikannya.
“Maafkan aku tuan Putri, aku tak mampu berbuat apa – apa demi cinta kita” ucapnya dalam hati dengan mata berkaca – kaca.
Seminggu setelah Putri Kemala Sari pulang dari Kerajaan Perlak, saat jamuan makan malam berlangsung.
“Maafkan hamba Tuanku, hamba undur diri ke belakang. Mendadak hamba ingin muntah” pinta Putri Kemala Sari” ucap Putri Kemala Sari yang disaksikan Kilan Syah dengan kening berkernyit.
“Apakah…..” ucap Kilan Syah dalam hati.
“Iya silahkan” jawab Raja Permadewana.
Begitulah, sejak kejadian itu, Putri Kemala Sari jarang keluar kamarnya. Makanpun sedikit. Hanya daging dan manisan. Melihat perubahan ini, Raja Permadewana menjadi khawatir akan keadaan istrinya. Sehingga beliau memutuskan untuk memeriksa perihal keadaan istrinya kepada tabib kerajaan.
“Selamat Raja, Ratu Kemala Sari hamil. Raja akan memiliki penerus kerajaan” jawab tabib kerajaan.
Air muka Raja Permadewana seketika berubah gelap. Kaget dan muncul beribu tanya dalam hatinya.
Saat itu juga, Raja Permadewana didampingi Kilan Syah memasuki kamar Putri Kemala Sari dengan marahnya.
Braaaakkk…..
“Katakan bayi siapa dalam perutmu itu!” bentak Raja Permadewana.
Putri Kemala Sari yang sedang merebahkan diri diatas ranjangnya mendadak kaget dengan kedatangan suaminya.
“Apa maksudmu suamiku?” balas Putri Kemala Sari sambil membetulkan selimutnya.
“Bayi siapa yang ada dalam perutmu itu?”
“Ini – ini – ini… Ini bayi kita suamiku” jawab Putri Kemala Sari terbata – bata kerana ketakutan.
“Kau bohong” aku belum pernah menyentuhmu sedikitpun. Kerana aku terlalu sibuk dengan urusan kerajaan”
“Aku tidak bohong… Ini anak kita…” jawab Putri Kemala Sari sedikit terisak.
“Baiklah….. kalau kau tak mau mengatakannya. Malam ini akan aku adakan rapat untuk memutuskan perkara ini di depan para menteriku” jawab Raja Permadewana penuh murka.
Kilan Syah yang mengikuti Raja dari belakang menoleh kepada Putri Kemala Sari. Kedua mata mereka saling beradu. Seakan ada sesuatu yang harus mereka katakan kepada Raja Permadewana.
Senja menjemput malam. Persiapan rapat dimulai. Para menteri dikumpulkan. Dan malampun tiba. Putri Kemala Sari dipanggil ke hadapan Raja Permadewana yang telah duduk diatas tahtanya yang megah berkilauan.
“Jadi… Katakan padaku siapa yang telah menghamilimu” ucap Raja membuka rapat malam itu.
“Aku sudah katakan kepada Raja bahwa bayi ini adalah bayi kita” ucap Putri Kemala Sari.
“Kau bohooooong….!” bentak sang Raja.
“Tidak. Aku tidak bohong. Aku berani bersumpah” balas Putri Kemala Sari mempertahankan kata – katanya.
“Maaf Raja, hamba punya usul” jawab salah seorang menteri.
“Apa usulmu Menteri ?”
“Lebih baik kita lihat kejadian sebenarnya dengan menggunakan bejana sakti ini Raja”
“Baiklah…. Aku berkenan dengan usulmu. Cepat kau hantar bejana sakti itu kemari. aku mahu melihatnya” ujar Raja.
Segera menteri itu mengambil bejana yang dimaksud. Kilan Syah yang mengetahui bahwa keadaan makin tidak aman untuknya dan untuk sang Putri, akhirnya berkata…
“Tunggu menteri. Kau tak perlu menghantarkan bejana itu kepada Raja Permadewana” cegah Kilan Syah.
“Apa maksudmu Kilan Syah. Berani nian kau melawan titah Raja!” sontak Raja Permadewana menoleh ke pengawalnya dengan penuh amarah.
“Raja. Hamba minta maaf. Hamba telah berani melanggar perintah Raja. Hamba tidak mampu menjaga marwah Putri Kemala Sari dengan baik” jawab Kilan Syah seraya bersujud dihadapan sang Raja.
“Apa maksudmu?” tanya Raja yang diikuti dengan ekspresi penuh tanya dari para menteri yang hadir dalam rapat malam itu.
“Hambalah ayah bayi itu” jawab Kilan Syah singkat.
Ruangan mendadak ricuh.
“Apa? Jadi kau dan istriku telah….”
“Benar tuanku. Waktu itu selama kami di Kerajaan Perlak. Kami telah melakukannya. Karena kami saling mencintai”
Raja terdiam diatas tahtanya. Mulut terkatup erat. Pikiranpun hampa.
Menteri saling beradu pandang seakan – akan tak percaya. Raja pun berlalu dari pandangan. Pergi keluar ruangan. Namun belum lima langkah, mendadak Raja berhenti. Tanpa menoleh ke belakang, Raja berkata dengan lirih…
“Aku mengutuk kalian berdua. Aku mengutuk keturunan yang kalian lahirkan akan berubah menjadi tiung dan bayan. Namun kerana aku masih menyayangi istriku. Hal itu tak akan aku lakukan. Kalian dan keturunan kalian kelak akan berubah menjadi tiung dan bayan hanya pada saat siang. Kalian bisa berubah menjadi wujud kalian semula hanya pada saat malam saja. Pergilah kalian dari kerajaanku. Hiduplah berdua. Jangan pernah kembali lagi kemari” ucap Raja Permadewana.
Sejak kutukan itu terucap dari mulut sang Raja, Kilan Syah dan Putri Kemala Sari tak bisa berbuat apapun. Kerana ucapan sang Raja adalah kenyataan adanya. Mereka berdua akhirnya harus pasrah menerima kutukan itu dalam hidup mereka selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H