"Udah! Sini biar aku urus." Cegah Rades cepat-cepat ketika Herman hendak memukul Alan lagi. Di genggamnya kuat-kuat kerah baju Alan yang telah tak berdaya penuh lebam.
"Masih belum mau ngaku, hah?"
"Ampun. Sumpah, aku tidak tahu apa-apa."
Rades melepaskan genggamannya, Alan tersungkur tak berdaya di tanah. Rades turut duduk. Rokok yang sedari tadi bigitu nikmat ia hisap, kemudian ia tekan kuat-kuat pada telapak tangan Alan. Alan menjerit kesakitan.
"Ampuunn. Ba... barang itu. Udah ndak di aku."
"Dimana?"
"Di... dirampas Ra... Radit."
Dengan sekuat tenaga Rades mengarahkan bogem mentah ke hidungnya. Tak ayal lagi hidungnya pun mengucurkan darah segar.
Setelah itu, geng TM yang terdiri dari 5 orang itu pergi peninggalkan Alan yang sepertinya tak sadarkan diri sendirian. Sigap aku dan Rinta menghampiri.
"Alan! Kamu tidak apa-apa kan?" Ku tepuk-tepuk pipinya. Alan membuka matanya. Ternyata ia tidak pingsan.
"Aah! Mau apa kalian kesini?" Alan menepis tanganku.