"Iyalah!"
Aku bergegas mengikuti langkah Rinta yang menarik tanganku. Sekilas kuedarkan padang ke arah Radit. Dia tidak menggubrisku. Ah, sudahlah.
Setibanya di toilet aku dan Rinta menunduk bersembunyi agar tidak ketahuan. Benar saja, kulihat Alan sedang dikeroyok. Tubuhnya lebam.
"Mereka udah kelewatan kali ini Rin!"
"Semua juga tahu. Tidak ada gunanya melawan. Malah kita yang celaka nantinya."
Ini tidak bisa didiamkan. Aku harus bertindak. Aku bangkit, kuberanikan diri mengetuk pintu kantor kepsek. Rinta menyingkir tak mau ikut.
"Silahkan masuk. Ada keperluan apa?"
"Ada anak yang dikeroyok di toilet, kasihan Pak."
Beres, Pak kepsek bisa kuyakinkan. Aku harap dengan ini semua bisa baik. Semoga saja.
Untung saja, saat tiba di TKP ritual penyiksaan oleh geng TM belum usai. Lebih menguntungkan lagi,  Kepsek langsung melihat Rades yang sedang  menjotos Alan. Kena kamu sekarang, Des. Rasain tu.Â
"Papa!" Good! Rades seperti kepiting rebus. Pasti dia ga' bakal nyangka bahwa hari ini akan menjadi hari kematiannya. Nikmati saja kuburan yang kau gali sendiri, Rades.