"Tapi tadi pagi aku ngeliat Indra dan Alan dipukuli, mereka nyebut nama kamu."
"Itu bukan urusan kamu." Jawabnya dingin.
"Pak! Baksonya satu." Teriak Radit pada Pak Darmo.
"Kamu ndak mau cerita sama aku?" Paksaku.
"Sayang, bukannya aku tidak mau." Â Radit memegang mukaku dengan kedua tangannya."Tapi aku tidak mau kamu ikut dalam masalah ini, oke?"
Aku tahu Radit berusaha menyembunyikannya, tapi aku ingin tahu. Belum selesai otakku menemukan solusi, mataku sudah terperanjat oleh tingkah Rades yang dengan perlakuan gilanya membuat masalah lagi. Agak jauh dari tempatku, Nia dan Indra jadi bulan-bulanan kegilaan geng TM. Indra dipecundangi, ia ditampar, di jitak, di tarik rambutnya. Indra mengaduh, geng TM terbahak, sedang Nia lari dengan uraian air mata.
"Sudah tidak usah perdulikan mereka." Radit memalingkan mukaku dari pemandangan itu dengan kedua tangannya.
"Apa pantas mereka disebut manusia?" Aku emosi.
"Emang kamu nganggep mereka manusia? Bukan lagi, mereka itu setan yang diusir dari surga terus turun ke bumi menyerupai manusia."
"Apa di dunia ini tidak ada  keadilan? Disebutkah adil perlakuan mereka. Siapa yang mau dipecundangi seperti itu, di depan teman-temannya sendiri pula."
"Udah deh, tidak usah peduliin mereka, itu urusan mereka."