Mohon tunggu...
Reza Pratama Nugraha
Reza Pratama Nugraha Mohon Tunggu... -

A biologist, hobby membaca, suka berkhayal, dan ditumpahkan ke dalam tulisan dan gambar | illustrasi : http://liopolt09.deviantart.com/ |Blog: http://catatansikurakura.blogspot.co.id/ | Email : Liopolt09@gmail.com | Biologi Unsoed '13

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Naas

22 Januari 2019   21:15 Diperbarui: 22 Januari 2019   21:28 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kan ibu sudah bilang nak, mas mu gak akan melaku---"

Lalu Ani yang sudah bosan mendengar ucap ibunya segera berteriak dengan begitu murka, "Pokoknya aku benci Mas Afrizal! Mas hancurin semuanya!"

"Ani!"

Ibu berteriak. Dia ingin berkata lanjut tapi sudah habis kata-katanya, dia tidak memiliki bukti, diapun sudah begitu yakin mendengar anaknya melakukan pengakuan secara langsung ke polisi.

Ketika televisi menyiarkan kabar bahwa Afrizal adalah pelaku hati Ibu dan Ani hancur berantakan. Tapi Ibu mengabaikan segala perasaannya yang terombang-ambing setelah berita itu. Ia adalah Ibu Afrizal, dan ia tahu benar siapa Afrizal. Hanyalah rasa, sebagai seorang Ibu yang sehari-hari merawat, membimbing, menyayangi anaknya, tahu benar bahwa dia tidak mungkin melakukan hal amoral seperti itu. Hanya itu, pikir ibu, hal yang membuatnya yakin bahwa Afrizal tidak bersalah.

Dan tangis ibu pecah kembali mengingat Afrizal kini sendirian, anaknya pastilah merasa begitu hancur melihat tidak ada satupun orang yang membelanya. Dia sendirian, pikirnya. Bagaimanapun, ketika anakku memutuskan untuk mengakui sesuatu yang bukan kesalahannya, pasti ada sesuatu yang menimpa dirinya. Maka, siapa lagi jika bukan yang paling dekat, bahkan sampai darah, ibunya sendiri yang akan membelanya!

"Anakku bukan pelakunya! Ini semua fitnah!"

Ibu segera memakai pakaian terbaiknya, dia ingin ke penjara sekarang juga untuk menemui anaknya.

Sedangkan Ani masih berada dalam sudut kamarnya, menangis. Di sosial media yang ia buka dari telepon genggamnya sudah penuh dengan kata makian terhadapnya. Ia kemudian keluar dari aplikasi sosial medianya, masuk pada halaman muka yang berisikan logo universitas negeri terbaik di Indonesia yang ingin dia masuki.

Dalam hati dia bergumam, sekarang semuanya tidak mungkin.

Semuanya tidak mungkin lagi, gumamnya ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun