"Aku ingin membeli film!"
Aku menggunakan alasan ini lagi, tetapi kadang-kadang alasan lain aku gunakan juga. Seperti pertanyaan; "Buku mana yang paling bagus untuk dibaca?, dan bagaimana caranya melakukan ini dan itu?"
Tiap minggu aku selalu datang kesana dan di antara banyaknya kesempatan untuk bicara, aku selalu memilih untuk diam. Laki-laki itu sangat aneh, aku tidak tahu apakah pernah menemukan orang seperti itu atau tidak. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan, namun bila pertanyaan itu ku utarakan, apakah akan ada jawaban yang bagus atau sesuatu yang membuatku mundur dari setiap langkah yang aku susun?
"Sebenarnya aku tidak mempunyai banyak teman!" ungkapku tiba-tiba.
Oh Tuhan, ada apa denganku? kenapa bibir ini bergumam?, Laki-laki itu yang awalnya fokus pada layar komputer tiba-tiba membalikkan tubuhnya dan melihat ke arahku yang duduk di samping kanannya.
"Cobalah untuk tersenyum, lihatlah dirimu di depan cermin. Kemudian lihat bagaimana ekspresimu. Kendalikan itu!"
Aku kira dia akan bertanya untuk memastikan apa yang ia dengar, namun ternyata dia menjawabnya tanpa bertanya lagi.
"Aku mempunyai kesulitan ketika berbicara dengan orang lain. Bahkan sejak sekolah dasar, aku tidak pernah mempunyai teman dekat."
Aku berusaha tersenyum dan menganggap itu semua hanyalah obrolan lucu, namun ternyata dia orang dengan perasaan yang lebih peka daripada yang aku kira.
"Latihan saja dengan menyapa dengan benar terlebih dahulu. Mengucapkan salam sambil tersenyum, contohnya!"
Apa selama ini aku tidak pernah terlihat tersenyum di matanya?. Aku terdiam memikirkan jawabannya, dia sendiri meneruskan aktivitasnya mengetik pekerjaan yang aku beri. Sesekali aku melihat caranya mengetik, keseriusannya dalam bekerja, dan sikap formalnya itu.